Selain itu, seiring perkembangnya zaman dan masyarakat yang terus berkembang menjadi lebih terbuka wawasannya, terutama dengan perubahan dalam nilai-nilai gender dan peran perempuan, semakin banyak perempuan dan laki-laki yang memilih untuk fokus pada pendidikan dan karier sebelum menikah. Keputusan ini tidak hanya mencerminkan perubahan dalam pandangan hidup, tetapi juga menunjukkan bahwa kesiapan pribadi menjadi prioritas dibandingkan dengan memenuhi ekspektasi sosial.
Oleh karena itu, pada akhirnya lebih baik menikah karena kesiapan, bukan sekadar usia. Dimana pernikahan bukanlah sekedar tentang "kapan" atau "usia berapa," tetapi tentang "apakah kita siap?". Setiap individu memiliki jalan hidup dan waktu yang berbeda-beda dalam hal pernikahan. Yang terpenting adalah memastikan bahwa keputusan untuk menikah didasarkan pada kesiapan mental, emosional, dan komitmen untuk membangun hubungan yang sehat dan langgeng.
Pernikahan adalah sebuah perjalanan yang penuh tantangan, dan untuk bisa menjalani perjalanan ini dengan baik, kesiapan diri menjadi kunci. Jadi, daripada merasa terburu-buru oleh tekanan usia atau sosial, lebih baik fokus pada pengembangan diri, pemahaman tentang apa yang kita inginkan dari pasangan, dan kesiapan untuk berkomitmen. Dengan begitu, kita bisa menjalani pernikahan yang tidak hanya bertahan, tetapi juga membahagiakan dan melahirkan generasi yang berkualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H