Mohon tunggu...
Hanifah Nur Aini
Hanifah Nur Aini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Memiliki minat pada bidang kepenulisan, seperti membuat puisi, artikel, dan esai.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kasih Terakhir

29 Mei 2024   18:24 Diperbarui: 29 Mei 2024   18:48 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi diolah dengan Canva

Pohon kokoh

Bak cinta kita, katamu

Tak goyah walau beliung menyapa

Putih-abu saat itu jadi gerbang pembuka

Seakan menghirup rindu sang pujaan

Yang masih bimbang terbawa kisah

Empat tahun berlanjut bertujuan, gelar

Di gedung megah itu tawa tercipta

Susah bersama, tamat bersama

Angan tak lagi angan

Meninggalkan gedung kokoh jadi tujuan

Tak hanya aku, kau jua harus

"Kerja yang benar!" kata si bos

Si galak bahkan tak membuat getir

Tak terpisah pula aku-kau di sini

Entah takdir entah romansa

Tak jelas apa yang merasukiku

Tak sedetik pun bosan kantuk hadir

Sebab kau selalu melempar

Senyuman

Persiapan bak lomba lari

Bagi aku, kau, ayah, ibu, saudara

Orang asing ikut andil kali ini jua

Pelaminan mendekat bak jam dinding berbaterai baru

Gugup menggema tak ada suara, dan

berkawanlah aku dengan kata "sah"

Jari manisku kini tampak semakin manis

Kusaksikan rasa tulusnya menyeruak

Cinta yang kurasa pun tak kunjung kandas

Benarkah sekarang satu atap tak apa?

Seharusnya jangan kubayangkan rasanya

Mati aku, dia terlalu manis

Tanpa paksa aku-kau di sini

Di gubuk dua lantai tak terisi

Tanpa paksa kutemani berputar-putar

Entah lima menit entah lima jam

Aku bergumam pikirkan hal lain, bukan ragu hanya tanya

Seperti apa bentuk kasih?

Tentu tak ragu

Akan kujaga bentalaku

Jatuh hati seribu kali pun, dia yang satu

Jadilah ia tameng untukku jua

Sedikit lara, tetap pemenangnya rasa

Jalan hampa, tetap bantu ia

Kuingat, angkara tak pernah menang

Keriput pun tak pernah tunjukkan iblisnya

Sabarmu perlakukan si hawa

Bagaimana bisa tak jatuh cinta?

Tanpa api beribu hari

Tentu si hawa tak kuasa lari

Apakah maut betul iri?

Bahagia ini harusnya tak berhenti

Bentuk kasih beri manusia mati

Bukan tak sanggup, hanya menepi

Kusadar tinggal sendiri                    

Kini nisan itu rinduku, aku bebas dan mati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun