Joko Pinurbo menganalogikan Jogja terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan. Â Sujiwo Tedjo pernah mengatakan jika pergi ke Jogja adalah caranya untuk menertawakan kesibukan orang-orang Jakarta. Sedangkan untuk saya sendiri, Jogja adalah sebuah perjalanan.
Dua puluh dua tahun tinggal di Jogja tidaklah cukup untuk membuat saya benar-benar mengenalnya luar-dalam. Jogja terlalu unik. Ia mempunyai banyak julukan mulai  dari Kota Gudeg, Kota Budaya, Kota Pelajar, Kota Wista, Kota Komunitas, dan masih banyak lainnya. Meski asli Jogja, saya tidak pernah bosan menjelajah setiap jengkalnya.
Tiga obyek wisata tempat saya bertandang ini membawa kesan yang istimewa untuk saya. Terlalu pelit rasanya jika pengalaman berwisata yang saya alami hanya tersimpan sebagai kenangan pribadi. Mengingat sektor pariwisata sedang menjadi jantung perekonomian Jogja, berikut saya beri tiga rekomendasi tempat melancong plus bonus tipsnya. Malioboro, pantai, dan wisata gunung Merapi tidak saya cantumkan karena telah banyak yang mengulasnya.
3 Destinasi WisataÂ
1. Museum Sonobudoyo
Jelajahilah Museum Sonobudoyo sendirian. Itu tips utama dari saya. Saya menelusuri museum tanpa mengajak kawan dan hasilnya saya lebih memahami kebudayaan jawa dengan lebih khidmat. Tiket dibandrol dengan harga Rp. 3.000,- saja. Tidak perlu khawatir merasa kesepian karena dari pihak museum telah menyediakan pemandu wisata secara cuma-cuma. Lokasinya berada di pusat kota, persis di depan alun-alun utara.
Sudah dua kali saya menjelajah Taman Sari tapi saya tidak pernah merasa bosan. Tempatnya sangat memanjakan pemburu foto. Selain itu, unsur klasiklah yang membedakan Taman Sari dengan tempat wisata lainnya.Â
Popularitas Waduk Sermo mungkin kalah bila dibandingkan dengan Kali Biru. Padahal Waduk Sermo adalah lokasi wisata lengkap. Di area wisata tersebut pengunjung bisa mengitari waduk dengan perahu. Selain itu jugs disediakan banyak titik foto di sekitaran waduk yang dikelola oleh penduduk asli.
Tips dari saya: berkunjunglah ke Waduk Sermo saat musim durian sekitar bulan Desember-Januari. Daerah di sekitar waduk adalah sentra penghasil durian. Harganya sangat ekonomis karena diambil langsung dari penduduk di sekitar.
Selain ketiga destinasi wisata tadi, saya juga menyertakan tips tambahan.
 Agar jalan-jalan tetap asik, saya cukup membawa kamera, dompet, Geliga krim, dan botol minum. Saya memang mulai mengurangi konsumsi minuman dalam kemasan. Tapi mengapa harus membawa Geliga krim? Karena kamu tentu tidak ingin jauh-jauh ke Jogja tetapi harus buru-buru pulang ke Hotel atau Rumah hanya karena kaki sudah pegal, kan? Ketika mulai kelelahan rehatlah sejenak sambil memijit ringan bagian yang terasa pegal dengan menggunakan Geliga krim.
Saya punya catatan kecil yang semoga bermanfaat untuk kegiatan sehari-hari:
Selain sebagai partner dalam JalanAsikGeliga, produk dari Geliga punya kegunaan lain. Berdasarkan pengalaman pribadi, balsem Geliga sangat bermanfaat untuk mengurangi rasa ngilu dan menyembuhkan keseleo. Saya biasa menggunakannya saat terjadi insiden ketika berolahraga.
Di samping itu, saya menggunakan produk Geliga krim saat break setelah terlalu lama di depan komputer. Caranya dengan mengoleskannya di pelipis atau leher dan memijatnya perlahan. Kebiasaan tersebut membuat otot leher tidak tegang, lebih rileks dan siap untuk kembali produktif. Misi BebasPegal sukses dilaksanakan.Â
 Jika masuk angin, saya biasa dikerik menggunakan balsem Geliga. Sensasi panasnya membuat masuk angin mudah hilang. Yang lebih istimewa lagi, balsem Geliga ini sering saya gunakan sebagai inhaler saat flu berat.
Kegunaannya yang amat beragam itu menjadikan produk-produk dari Geliga sebagai benda yang memang wajib saya miliki. Apalagi di tengah cuaca yang tidak menentu saat ini, saya biasa membawa krim Geliga dan sedia balsem Geliga di rumah.