Film ini asli bikin deg-degan. Film  ini tidak hanya mengeksplor relasi kuasa antara Totok  dan Joko. Setelah menonton film ini, saya juga baru memahami jika toko  bangunan pun juga punya politiknya.Â
Detail dan penokohannya dibuat rumit dan ciamik. "Secara psikologis, saya sengaja menciptakan karakter yang kompleks," terang sang sutradara Suryo Wiyogo. Tokoh Pak Totok digambarkan mempunyai pengalaman penyuka sesama jenis yang kemudian ia menikmati itu. Suryo mencoba untuk menggambarkan bahwa hasrat seksual tidaklah memandang gender, usia dan kelas.
Demikian sedikit overview film yang saya tonton pada perhelatan Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) yang berlangsung 1-8 Desember 2017 lalu. Ketiganya (mungkin) berdurasi hanya 15-20 menit sehingga dijadikan dalam satu sesi penayangnan. Saya sengaja mencoba untuk memaparkannya karena penayangan film-film sejenis ini tergolong langka. Hanya dalam acara festival saja film seperti ini mendapatkan panggungnya.  Semua petikan di atas saya ambil karena memang dalam acara tersebut terdapat forum Question and  Answer. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H