Perpustakaan sekolah adalah fasilitas penting dalam lingkungan pendidikan, yang bertujuan untuk meningkatkan minat dan kebiasaan membaca siswa serta menunjang pelaksanaan program pendidikan. Mereka juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan dan perkembangan sekolah. Meskipun Indonesia memiliki banyak perpustakaan sekolah, masih ada tantangan dalam pengelolaan dan ketersediaan sumber daya. Perpustakaan sekolah diharapkan dapat meningkatkan tingkat literasi siswa jika dikelola secara kreatif dan inovatif oleh guru.
Karena perpustakaan sekolah berperan penting dalam upaya meningkatkan literasi membaca siswa di Indonesia. Upaya meningkatkan bisa dilakukan sedini mungkin, dari jenjang pendidikan yang paling rendah yaitu sekolah dasar. Namun, kondisi perpustakaan di SD Negeri Tamansari 03 Pati masih sangat memprihatinkan dan belum jadi prioritas yang harus "DIUTAMAKAN".
Pati, Jawa Tengah -- Perpustakaan milik SD Negeri Tamansari 03 Pati yang terletak di Desa Tamansari Kecamatan Tlogowungu, Pati ini sangat memprihatinkan dan tidak layak digunakan anak sebagai sarana literasi.
Kondisi memprihatinkan itu kami ketahui saat melakukan observasi dengan Tim Kampus Mengajar Angkatan 6. Keadaan ruangan yang kotor, singup, berdebu, berantakan, alat peraga yang sudah rusak, buku paket dari jaman bahula sudah tidak terawat sampai dimakan rayap, Â komputer, kabel-kabel dan TV yang sudah rusak, semua ada di ruangan ini, apakah kondisi tersebut layak dikatakan sebagai ruang perpustakaan? Atau malah sebagai gudang penyimpanan?
Kemudian setelah kita mengobservasi dan berdiskusi membuat program kerja yaitu "Optimalisasi dan Pengelolaan Perpustakaan Sebagai Ruang Literasi" meminta pendapat dan izin dari pihak sekolah, terutama Kepala Sekolah SD Negeri Tamansari 03 Pati.
Menurut Ibu Tri Sugiyanti selaku Kepala Sekolah SD Negeri Tamansari 03 Pati, beliau mengatakan bahwasannya sekolah ini tidak memiliki gedung untuk perpustakaan.
"Sebenarnya SD kita itu tidak memiliki gedung untuk perpustakaan. Kita hanya memanfaatkan ruang kosong untuk menyimpan buku-buku paket dari kurikulum yang sudah tidak di pakai lagi. Dan sudah bertahun-tahun saya mengajukan dana ke pemerintah untuk pembuatan gedung perpustakaan namun belum di setujui. Boro-boro buat gedung baru buat perpustakaan, ruang kelas 4, 5 dan 6 bangunan lama di bagian atapnya saja sudah rembes kalau hujan dan ada ternit yang mau roboh saja tidak ada dana untuk memperbaikinya, sampai saya beri tongkat kayu untuk menopang ternit di ruang kelas 6," ungkapnya pada kami (Tim Kampus Mengajar 6).
Alhamdulillah program kita di setujui oleh Ibu/Bapak guru dengan dukungan penuh berupa moril dan materil, kami mulai  dengan membersihkan, menata, mengelola dan menghidupkan kembali ruang perpustkaan yang sudah bertahun-tahun terbengkalai dan tidak digunakan siswa.
Kasihan sebenarnya melihat anak-anak tidak pernah merasakan dan menggunakan perpustakaan di sekolah mereka sendiri. Bahkan waktu kami membuka ruang perpustakaan ada anak kelas rendah yang berkata "Kak ini ruangan apa? Perpustakaan itu apa?" mereka sama sekali tidak mengetahui apa itu perpustakaan, masuk ruangan perpustakaan saja tidak pernah, bagaimana bisa mengetahuinya?
Akhirnya setiap ada jadwal P5 di hari jumat dan sabtu, kami membersihkan perpustakaan dengan dibantu anak-anak. Melihat mereka membantu kami dengan semanagat ada harapan yang tinggi bagi kami dan para guru untuk mengidupkan ruang perpustakaan. Bismillah dengan niat baik ini, semoga bisa terlaksana dan ada keberlanjutan oleh siswa, guru dan pihak sekolah.
Semoga dengan revitalisasi perpustakaan ini membuat perpustakaan jadi bersih, nyaman, dan enak di pandang dapat meningkatkan minat baca dan pengetahuan anak untuk terus belajar di lingkungan sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H