Mohon tunggu...
Hanifah Alfafa
Hanifah Alfafa Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Saya adalah seorang Mahasiswi di salah satu perguruan tinggi Muhammadiyah di Jakarta dengan kegiatan berorgaisasi dan menulis sbagai inat saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengimlementasian Gagasan "Tauhid Sosial" Muhammadiyah dalam Kehidupan Sosial Mikro

20 Juni 2024   08:11 Diperbarui: 20 Juni 2024   08:44 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dok. pribadiSebagai bagian dari proses panjang dakwah sosial Muhammadiyah, Kami selaku Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka yang merupakan salah satu bagian dari amal usaha Muhammadiyah kami merasa memiliki tanggung jawab untuk berdakwah melalui kegiatan pemberdayaan sosial. Menyadari masih ada begitu banyak keluarga dhuafa yang membutuhkan bantuan bahkan disekitar lokasi kampus kami sendiri yakni Kampus B, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof.Dr. Hamka ini. Saat kami melakukan observasi termasuk salah satunya wawancara kepada kepala RT dan RW setempat kami mendapat banyak rekomendasi keluarga dhuafa untuk menerima penyaluran dan bantuan. Namun yang menarik perhatian kami adalah penjelasan Ibu RT 006 Kampung Susukan terkait salah satu keluarga yang kepala keluarganya adalah seorang nenek yang sudah tua renta dan secara fisik menyedihkan beliau juga sekaligus menjadi tulang punggung utama bagi keluarganya.

Atas dasar penjelasan ini, kami tergugah dan tergerak untuk akhirnya menjadikan keluarga ini sebagai sasaran penyaluran kami dalam tanggung jawab ini. Berangkatlah kami menuju rumah Ibu Pantini ditemani oleh ketua RT setempat langsung. Betapa mirisnya kami mendapati tempat tinggal Ibu Pantini yang berusia 74 tahun tersebut tinggal di kontrakan berbentuk petak bersama keenam anaknya dan bahkan beberapa anaknya telah menganugerahinya cucu. 

Dari penceritaan beliau, beliau bersama keenam anaknya mulai merantau dari daerah Jawa Tengah ke Jakarta 12 tahun silam, tepatnya pada 2012 lalu. Beliau sudah beberpakali pindah rumah kontrakan karena harganya yang tak mampu beliau penuhi dengan penghasilan keluarga yang beliau punya. 

Di rumah kontrakan ini, beliau dengan keenam anaknya yang beberapa sudah mulai menikah dan memiliki anak mulai berupaya menata kehidupan baru. Namun sampai saat ini, beliau hanya memiliki penghasilan dari pekerjaan utamanya yakni mengupas kulit bawang merah yang diambil dari pasar induk dengan upah RP.20.000 perkarung atau per 20 Kg. Beliau mengerjakan hal ini dengan kondisi tulang punggung belakang yang sudah bungkuk dan fisik yang sudah tidak fit lagi. Berjam-jam beliau harus duduk sambil menunduk mengupas bawang di lantai dingin rumahnya yang kian hari kian memperparah kondisi tulang belakangnya. Rasa-rasanya upah yang di dapat pun tidak setara dengan apa yang beliau telah kerjakan. 

Selain itu, rumah kontrakan yang beliau tempati ini berada di kawasan rawan banjir yang setiapkali musim penghujan datang, maka mereka terdampak banjir hingga setinggi lutut orang dewasa. Bahkan dalam beberapa kejadin bnjir terakhir, air yang datang bersama dengan lumpur sampai merusak beberapa perabotan dan barang-barang rumah tangga yang beliau miliki yang bahkan tidak seberapa itu. Begitu miris kami melihatnya. Bahkan saat kami bertanya terkait dengan bagaimana beliau dan keluarga makan, beliau hanya milirik kepada anak-anaknya saambil menampilkan rentetan giginya yang mulai jarang dan berkata, "ya Alhamdulillah tetangga di sini baik-baik, selalu hantar makanan bantu kami setiap harinya. Beras saya usahakan untuk selalu ada, seenggaknya perut keisilah" pungkasnya dengan senyumnya yang masih mampu merekah.

Dari hasil observasi inilah kemudian kami memantapkan hati memilih keluarga ibu Pantini untuk menjadi sasaran penyaluran kami terkait dengan konsep dakwah sosial ini. Kami sudah mendapat teori ini dalam beberapa mata kuliah dan proses pengaderan kampus kami tercinta terkait dengan tauhid sosial ini. akhirnya kami merasa tergerak dan merasa langsung harus turun memberikan dampak langsung kepada lingkungan kami. Kami berniat menyalurkan bantuan setidak-tidaknya bahan-bahan pokok untuk kebutuhan sehari-hari. Kami harap upaya fundraising ini dapat berjalan baik dan membantu keluarga Ibu Pantini sebaik mungkin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun