Dalam mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral, Bpk Drs. Thaha Bauzir, M.Pd. yaitu pengambilan keputusan untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan yang biasa disebut kasus dilema etika beliau akan mempertimbangkan kedua hal yang sama-sama benar tersebut membenturkan faktor apa atau pihak mana? Apakah kepentingan perorangan atau banyak orang, mengandung nilai-nilai kebenaran atau kesetiaan, rasa adil atau belas kasihan, ataukah berdampak untuk saat ini atau seterusnya.
Untuk menjalankan pengambilan keputusan untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan beliau menyatakan bahwa dalam menghadapai persamalahan terkait dilema etika atau atau bujukan moral beliau biasanya mencari akar masalah dan informasi tambahan berdasarkan Waka/ pihak yang terlibat, kemudian mempertimbangkan dengan nilai nilai kebajikan yang ada jika ada dua hal yang satu benar dan yang satu salah menurut hukum itu adalah bujukan moral. Jika kedua- duanya benar maka hal itu dikatakan dengan dilema etika serta tentu saja sebagai seorang pemimpin harus memikirkan konsekuensi dan dampak yang dapat di pertanggungjawabkan. Saat keputusan yang akan diambil tersebut hanya untuk kepentingan beberapa pihak, maka itu bukanlah keputusan yang terbaik. Koordinasi dan kolaborasi dibutuhkan untuk penyelesaian permasalahan ini terhadap semua pihak yang terlibat.
Sedangkan langkah-langkah atau prosedut yang diambil lebih mendasar pada akar masalah, jika menurut padangan beliau bisa diputuskan dengan kebijakan pemimipin maka bisa langsung diputuskan, namun jika tidak bisa dimana permasalahan menemui dilema etika maka perlu menghadirkan wakil kepala sekolah atau orang terpercaya yang bisa dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Saat Keputusan sudah diambil selanjutnya akan diadakan refleksi serta evaluasi terkait dengan keputusan dampak yang terjadi akibat keputusan tersebut. Hal yang akan menjadi efektif dalam pengambilan keputusan adalah adanya koordinasi sehingga keputusan tersebut dapat berguna untuk untuk dimengerti pihak sekolah terutama kebijakan untuk kepentingan siswa.
Hal-hal yang selama ini dianggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika yaitu hal yang beliau anggap efektif dalam kasus pengambilan keputusan dengan dilema etika adalah dengan komunikasi yang aktif di dalam manajemen sekolah, menyederhanakan pokok permasalahan, dan membangun kebijaksanaan.
Sedangkan hal-hal yang merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika menurut beliau adalah tantangan yang tentunya dihadapi dalam mengambil keputusan tersebut yaitu adanya pihak yang merasa dirugikan dari keputusan tersebut atau pun adanya rasa ketidakpuasan kesalahpahaman dalam memahami Keputusan yang diambil dari beberapa pihak sehingga akan menimbulkan konflik. Akan tetapi selagi konflik yang muncul masih konflik yang bisa dibicarakan baik-baik itu tidak akan menjadi penghalang dari kebijakan yang diputuskan. Namun tentu saja setiap keputusan dapat menyenangkan orang lain atau menimbulkan konflik baru. Dalam mengambil keputusan terhadap permasalahan yang terjadi biasanya beliau mengadakan rapat sebulan sekali dengan para guru ataupun wakil sekolah dan kelas, jika permasalahan tersebut darurat maka akan segera mungkin beliau melakukan koordinasi dengan pihak pihak yang bisa membantu menyelesaikan permasalahan.
Menurut beliau untuk tata kelola atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika tidak ada jadwal khusus dalam menyelesaikan sebuah kasus, prioritas kasus mana yang perlu diselesaikan secepatnya tergantung dari jenis kasus dan pentingannya kasus tersebut diselesaikan secepatnya, agar kasus tersebut tidak melebar sehingga tercipta lingkungan sekolah yang sehat kondusif buat semua warga sekolah.
Orang yang membantu beliau dalam menyelesaikan ataupun mempermudah dalam pengambilan keputusan adalah adanya kerjasama dan kolaborasi yang terjalin dari warga sekolah baik itu guru, wali murid, dan para dan para siswa serta kepercayaan publik yang tinggi terhadap integritas pada beliau dan juga komunikasi yang baik yang beliau bangun dengan MKKS atau pihak yang relevan. Pada struktur kerja guru juga dibuat per koordinator / pokja sehingga semua permasalahan muncul sudah mulai di komunikasikan secara secara bersama sama.
Penjelasan akhir beliau dalam wawancara adalah pelajaran yang bisa diambil dari dari pengambil keputusan adalah sebagai adalah sebagai pemimpin harus mempunyai bekal ilmu dalam mengambil keputusan dan tentu saja ilmu itu bisa didapat atau belajar dari siapa saja. Kemudian tentu saja tidak ragu untuk melakukan kolaborasi dengan semua pihak serta sebaiknya menghindari sifat individual dan egois. Yang paling penting adalah melakukan refleksi dan evaluasi dari keputusan yang diambil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H