Mohon tunggu...
hanifa hafiza
hanifa hafiza Mohon Tunggu... mahasiswa -

because I love my mother, wherever I am I will fight for her happy

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Calon-calon Koruptor dan Masyarakat yang Hambar

11 Maret 2018   14:03 Diperbarui: 15 Maret 2018   21:18 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mirisnya Negara ini, hampir seluruh masyarakat dikuasai dengan teknologi yang canggih tanpa memperdulikan lingkungan sendiri. Teknologi telah menjadi bagian di dalam kehidupan masyarakat. Lebih tepatnya teknologi dapat mempermudah dan mempersulit kehidupan manusia. 

Akan tetapi teknologi akan membuat penggunanya ketergantungan misalnya handphone. Padahal pengguna handphone yang berlebihan akan menyebabkan radiasi yang dapat membahayakan tubuh. Ada pula masyarakat yang tak ingin mengetahui perkembangan zaman dan teknologi.

Di zaman sekarang pengguna teknologi bukan hanya orang dewasa saja melainkan anak remaja bahkan anak usia dini. Teknologi meraja lela. Lalu bagaimana kepribadian anak bangsa?.

Anak memiliki aspek-aspek perkembangan. Salah satunya aspek sosial emosional. Ditahun 2018 anak anak memiliki kepandaian yang cukup tinggi. Hingga sifat dan pikiran terkadang kurang stabil. Seperti mengumbar-umbar perasaan di sosial media yang berbeda-beda. Terkadang menggambarkan emosi senang, sedih, gembira, dan lainnya di Instagram . Sedangkan di facebook atau sosial media lain mengambarkan emosi yang berbeda. Terjadi kelabilan perasaan pada saat ini. Mereka ingin terlihat paling menarik atau menyedihkan hanya untuk  mencari perhatian setiap orang.

Mulai cuek dengan lingkungannya sendiri. Sangat jarang anak-anak menghabiskan waktunya di luar rumah. Bermain dengan alat permainan sederhana. Handphone menjadi pelampiasan. Tiada detik jam tanpa handphone. Game online menjadi teman bermain. Banyak game online yang merampas perekonomian keluarga, waktu bersama dan pikiran.

Orang kaya tetap menjadi kaya dan orang miskin tetap menjadi miskin. Pendidikan hanya sebagai bentuk formalitas dan pencitraan keluarga. Keluarga yang mulai enggan menanyakan tentang seberapa ilmu yang mereka dapat di sekolah ataupun di perguruan tinggi. Pendidikan yang mulai menguasai waktu-waktu anak bangsa. Mengambil paksa keharmonisan keluarga. Ada beberapa sekolah yang menerapkan full day school meskipun belum siap secara utuh. Tetapi dipaksa untuk di terapkan, demi meningkatnya nama sekolah tanpa mementingkan tingkat perkembangan anak. Betapa mirisnya pendidikan tanpa nilai moral. Anak selalu di tanamkan ilmu-ilmu yang kadang belum tuntas dia pahami.

Apa kaitannya hal ini dengan calon-calon koruptor dan masyarakat yang hambar?

Koruptor berawal dari kata korup yang berarti bersedia menerima suap, yang memanfaatkan kedudukan untuk mengambil keuntungan pribadi. Dan tor diartikan sebagai oknum atau pelaku. Munurut saya pendidikan dan kepribadian seorang anak menentukan berjalannya kehidupan dalam suatu Negara.

Anak bangsa calon pemimpin Negara yang berlomba-lomba ingin menjadi pemimpin dengan melakukan cara apapun. Akan tetapi ada yang tak perduli masalah di sekitarnya, mereka hanya memikirkan dirinya sendiri dan pemasukan dari orang tua.

Seseorang yang berlomba-lomba ingin menjadi pemimpin dengan melakukan cara apapun salah satunya dengan uang. Ingin memiliki jabatan dengan cara mengeluarkan biaya yang cukup tinggi hingga yang tertinggi. Jika seseorang sudah menduduki jabatan dengan hal seperti itu pasti ingin mengembalikan uangnya dengan cara yang casa seperti emnjadi koruptor.

Bukannya banyak sekali pejabat Negara yang menekam di penjara hanya perkara uang (menjadi koruptor). Slah satu sebab seseorang mejadi koruptor karena ingin mengembalikan uangnya dengan cara yang salah.

Sedangkan masyarakat yang hambar adalah masyarakat yang tak perduli dengan apa yang terjadi di dalam suatu Negara. Mereka hanya mengikuti aturan-aturan pemerintah. Ntah peraturan itu baik untuk diriya ataupun tidak. Hanya mengikuti perkembangan zaman tanpa mengetahui prosesnya.

Masyarakat-masyarakat seperi ini yang selalu di pedohi para pemimpin. Mereka yang tak ingin hidupnya diganggu akan tetapi harus mengikuti peraturan pemerintah. Seperti masyarakat rimba yang tak perduli akan kehidupan di kota. Mereka memilih menyendiri di daerah yang mereka percayai.

Di tahun ini sebagian masyarakat perkotaan yang memiliki pendidikan yang tinggi dan harta yang melimpah memilih unuk menutup diri, berdiam diri di rumah dengan handphone dan barang-barang canggih lainnya. Lalu apa bedanya masyarakat yang perpendidikan dengan masyarakat rimba.

Di mana para mahasiswa yang dulu sering terdengar untuk membela kebeneran. yang dulu selalu menjadi sorotan media, sekarang tak pernah terlihat lagi. atau mungkin sibuk dengan permasalahan di dalam kampus saja. sama halnya dengan permasalahan negara. salah satunya permasalahan politik. Masyarakat yang dulunya rukun dan damai dibutakan oleh politik. Bukannya politik suatu bentuk untuk mendorong partisipasi warga negara.

Ketidak perdulian masyarakat akan perlakukan pemerintah membuat Negara ini berjalan tanpa peraturan. Padahal aturan-aturan selalu bertambah setiap periode. Berpikirlah yang wajar, keberlangsungan suatu Negara adalah tanggung jawab kita semua. Hindari penyuapan dan berpikirlah secara kritis. Ketidak perdulian kita akan merobohkan kokohnya suatu Negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun