Mohon tunggu...
Hanifah Afif Qonaah
Hanifah Afif Qonaah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Duck Syndrome: Terlihat Santai Namun Kenyataannya Ia Terbantai

15 Maret 2024   20:43 Diperbarui: 15 Maret 2024   20:50 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi : Pribadi

Apakah kalian pernah merasakan disuatu masalah atau bahkan tekanan yang benar-benar tidak bisa dikendalikan namun kalian tetap happy? Atau mungkin kalian pernah menjumpai seseorang  di dunia nyata maupun dunia maya hidupnya sukses atau mampu meraih banyak prestasi serta terlihat bahagia akan pencapainnya? 

Tetapi, dibalik kehidupannya tersebut, ia sedang menanggung beban di pundaknya dan berusaha untuk terlihat baik-baik saja?. Nah, fenomena ini biasanya disebut Duck Syndrome. Sebuah fenomena yang mungkin terdengar lucu namun memiliki makna yang dalam, terutama di kalangan mahasiswa.

Dilansir dari satupersen.net, Istilah duck syndrome pertama kali diperkenalkan di Stanford University. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kondisi mahasiswa disana yang meski terlihat santai dan tenang, tapi mereka punya banyak tuntutan dan kecemasan. Mereka memberi tekanan pada diri sendiri untuk bisa mencapai target yang tinggi. Bahkan, 87% mahasiswa di Stanford University mengatakan bahwa mereka kewalahan dengan tanggung jawabnya sendiri. 

Dan dikutip dari jurnal komunikasi dan sosial humaniora (Dewi, 2021) menjelaskan Duck syndrome (sindroma bebek berenang) merujuk pada perilaku dimana seseorang dari luar (penampilannya) terlihat tenang, cool, kalem, tetapi sebenarnya sedang diliputi banyak kecemasan. 

Hal inilah yang dianalogikan dengan kehidupan mahasiswa. Terlihat tenang di permukaan, santuy, cenderung semau gue, padahal sedang berjuang keras untuk sukses. Alih-alih mengakui sedang mengalami kesulitan, para penderita duck syndrome cenderung menyembunyikan dari orang lain dan berpura-pura baik baik saja.

Bayangkan seekor bebek yang tampak tenang dan damai berenang di permukaan air, tetapi di bawah air, kakinya bergerak dengan cepat dan tanpa henti. Hal ini menggambarkan keadaan di mana seseorang tampak tenang dan sukses di luar, tetapi sebenarnya mereka sedang berjuang atau bahkan hancur di dalam. 

Fenomena ini muncul salah satunya karena tekanan sosial dan ekspektasi yang tinggi di kalangan mahasiswa. Mereka merasa perlu untuk menampilkan citra kesuksesan, kebahagiaan, dan keseimbangan dalam kehidupan mereka, meskipun kadang-kadang itu hanya gambaran yang sempurna dari luar. 

Namun, penting untuk diingat bahwa Duck Syndrome dapat memiliki dampak negatif pada kesejahteraan mental dan emosional mahasiswa. Menyembunyikan perasaan dan mencoba untuk terus menampilkan citra yang sempurna dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan perasaan kesepian yang mendalam.

Nah, Itulah yang saya rasakan saat ini, ketika saya berjumpa dengan orang sebagian orang pasti bertanya "kuliah atau kerja ?" Saya jawab "saya kuliah". Tetapi saya tidak hanya kuliah namun diseparuh waktu saya bekerja, dan orang menggira hidup saya enak,mulus, sering dimanja dll. Dan ini  beberapa ucapan orang yang tidak tahu bahwa saya sebenarnya juga bekerja, mereka hanya tau saya di dunia nyata dan dunia maya bahwa saya hanya seorang mahasiswa,

"Enak ya kamu ingin sesuatu pasti teruwujud"

"Enak ya, bisa nongkrong tanpa mikirin biaya"

"Enak ya ,kamu dimanja trus sama orang tuamu"

"Enak ya , udah umur segini tapi belum mikir keuangan keluarga, malah dikasih uang jajan tiap hari "

Kurang lebih seperti itu ucapan dari beberapa orang yang tidak tahu sebenarnya kondisiku seperti apa. Yang kata orang, saya dimanja trus sama orang tua, minta apapun terwujud. Namun, kenyataannya saya berjuang sendirian untuk mewujudkan semua itu. Saya kebetulan juga anak pertama dari tiga saudara, anak mana ketika orang tua mengeluh terkait ekonomi anak tidak sedih ditambah saya juga anak pertama perempuan adek saya juga masih SD dan SMP. Semua itu dikarenakan stereotip tentang mahasiswa yang dianggap hidup santai dan mewah. 

Tetapi  Saya harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan finansial dan akademis. Bekerja paruh waktu adalah salah satu cara untuk mengatasi beban keuangan, namun hal ini seringkali dianggap remeh oleh orang lain yang menganggap bahwa saya hidup dengan kemewahan tanpa perjuangan. Kenyataannya, saya harus menghadapi tantangan besar dalam menjaga keseimbangan antara kuliah, pekerjaan, dan tanggung jawab lainnya. 

Saya juga mengorbankan waktu bersosialisasi dan waktu istirahat, untuk menyelesaikan tugas kuliah dan memenuhi jam kerja. Selain itu, sebenarnya saya sering merasa tertekan psikologis dan emosional yang mungkin tidak terlihat dari luar, seperti stres akademis, kecemasan tentang masa depan, dan perasaan tertekan karena tanggung jawab yang bertumpuk. 

Oleh karena itu, penting untuk tidak menggeneralisasi atau membuat asumsi tentang kehidupan mahasiswa hanya berdasarkan pada penampilan luar. Setiap mahasiswa memiliki cerita dan perjuangan mereka sendiri, dan mereka pantas mendapat penghargaan atas usaha dan ketekunan mereka dalam menghadapi tantangan yang mereka hadapi.

Jadi, jangan terjebak dalam penilaian berdasarkan penampilan luar saja. Terkadang, orang yang terlihat bahagia dan sukses dari luar bisa saja sedang berjuang keras di balik layar. Kita perlu lebih empati terhadap orang lain, karena setiap orang memiliki cerita dan perjuangan mereka sendiri. Pepatah Jawa mengatakan  "Sejatine urip iku mung sawang sinawang, mulo ojo mung nyawang sing isoh kesawang" yang artinya Sejatinya hidup itu hanya tentang memandang dan dipandang, jadi jangan hanya memandang dari sesuatu yang terlihat saja. Mungkin kita mengira dia bahagia tetapi sejatinya dia hanya menutup kesedihannya saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun