Hari sudah menjelang sore pukul 14.30 WIB, "Seluruh pelajaran hari ini telah selesai, sampai jumpa besok pagi dengan semangat belajar baru" para santri berdoa terlebih dahulu sebelum meninggalkan kelas. Santriwati pulang terlebih dahulu menuju asrama karena peraturan saat pulang harus bergantian dengan santri putra. Setelah pulang sekolah dan sudah berada di asrama masing-masing mereka bersiap-siap untuk sholat ashar dan setelah itu mereka akan bersih-bersih. Hari sudah terlampau sore, mentari sebentar lagi akan tenggelam. “Tengg. . . Tengg. . .”, terdengar suara bel yang menandakan waktu istirahat sudah berakhir. Seorang santri laki-laki yang menuntut ilmu disebuah pondok Pesantren dengan tergesa-gesa menyelesaikan pekerjaannya, seperti mencuci pakaian, bersih-bersih pondok, mandi, dan aktivitas lainnya. Mereka akan bersiap-siap ke masjid untuk membaca Al-Qur'an dan menunggu adzan untuk melaksanakan sholat maghrib.
“Akhi Putra. . . ! Ayoo cepatttt kamu selesaikan pekerjaanmu itu !”, terdengar suara ketua mudabbir (pengurus pondok) memanggilnya. “Iya akhii, sebentar". Hemm tanggung nih, tinggal satu baju lagi (gumam putra dalam hati), akhirnya putra melanjutkan dengan terburu-buru.
Putra nama panggilan anak itu, yang usianya mulai remaja. Setelah mencuci pakaian putra bergegas untuk masuk kamar dan mengganti baju, tidak lama kemudian berjarak 10 menit ada suara bel keduaa "tengg...tengg" itu merupakan pertanda waktu kesempatan sudah habis dan seluruh santri harus sudah berada di masjid. Mudabbir bagian keamanan (pengurus pondok) mengecek seluruh ruangan dan saat itu mengetahui putra masih ada didalam kamarnya. "Ayoo akhiiii cepattt...!!! (menunggu dipintu depan kamar)" dan akhirnyaa Putra tergesa-tegaa berlari menuju masjid. Setelah sampai dimasjid putra melihat ada beberapa santri yang datang terlambat dan mereka berdiri didepan masjid. "Akhii putraa cepatt kesini (Mudabbir memanggilnya dengan nada tegas) ambil al-qur'anmu dan baca juz 10."
"Iyaa akhi" sialannnn kena hukuman (gumam putra dengan nada kesal). Mereka yang terlambat diberi hukuman untuk membaca al-qur'an didepan masjid dengan berdiri, 20 menit kemudian suara adzan berkumandang, santri yang mendapat hukuman dibubarkan dan diminta untuk mengambil wudhu lagi. Setelah selesai sholat maghrib ada tausiyah dari bapak pengasuh pondok pesantren. Putra lupa tidak membawa buku karena tergesa-gesaa. Akhirnya dengan ide cemerlang putra "Adam aku minta satu lembar kertas dong, lupa nih aku tidak bawa". “Ini putra” (saut adam sambil menyodorkan satu lembar kertas). Setelah meminta selembar kertas ke temannya, putra menanyakan ke teman sebelah, depan dan belakangnya "Kamu bawa bolpoin lebih tidak?". "Tidak putra" setelah beberapa orang yang bilang tidak akhirnya dia menemukan ada salah satu temannya yang membawa bolpoin lebih. Akirnya putra mendegarkan tausiyah dengan baik dan mencatat hal-hal yang penting, 30 menit kemudian tausiyah telah usai dan para santriwan langsung melaksanakan sholat isya', setelah sholat isya' selesai mereka langsung bergegeas menuju kamar masing-masing dann waktunyaa untuk makan malam bersama.
Setelah makan malam, bel berbunyi "tengg...tenggg...tengg" pertanda waktu jam makan malam telah usai dan mereka harus melanjutkan untuk mufrodat (pemberian kosa kata bahasa arab). Putra dan kawan-kawannya masih asik dengan makan malamnyaa, lagii dan lagii putraa dan teman-temannya datang terlambat. Saat menuju kebawah ada ketua mudabbir dan bagian keamanan menunggu berdiri didekat tangga "Akhi kenapa kalian datang terlambat?” ( Akhi Raffi ketua mudabbir).
"Maaf akhi tadi saya dan teman-teman saya masih menikmati makanan karena mubadzir jika tidak dihabiskan". (Putra menjawab dengan alasan yang jujur)
"Astagfirullah akhii, kan kalian sudah tau ada bel dan waktunyaa untuk mufrodat, kenapa kalian masih enak-enakan makann!!!!” (Nada geram Akhi Raul, bagian keamanan).
"Kann tidak boleh membuang-buang makanan akhiiiiii, jadi sayang kalau tidak dihabiskan." (Putra dan teman-temannya menjawab serentak dan lantang).
“Oke, Kali ini kamu saya maafkan, lain kali kalau kamu terlambat lagi, kamu akan diberi sanksi, kamu mengerti ?”, Akhi Raffi memperingatkan.
“Mengerti.” Putra dan teman-temannya mengangguk.
“Yaudah kalian cepat pergi ke kelompok kalian masing-masing untuk mengikuti mufrodat.”
“Baik akhi, terimakasih.” Putra dan teman-temannya bergegas untuk ketempat mufrodat masing-masing.
Setelah mufrodat mereka melanjutkan aktivitas selanjtnya yaitu belajar bersama sampai dengan jam 22.00 WIB dan setelah belajar bersama mereka harus disegerakan untuk beristirahat.
Di pagi harinya, jam 03.00 WIB para santri harus bangun untuk melakukan sholat tahajud dan sesudah sholat tahajud biasanya para santri memanfaatkan waktu luang untuk mandi, membaca al-qur’an bahkan ada yang masih disempatkan untuk tidur di masjid sembari menunggu adzan shubuh. Setelah sholat shubuh mereka mempunyai waktu untuk membersihkan diri dan makan pagi kemudian jam 06.30 “tengg....tengg” bel waktu mereka untuk sholat dhuha dan setelah itu mereka harus berangkat sekolah.
Saat dikelas, Putra tampak mengantuk sekali, namun selalu ditahannya, sebab dia duduk paling depan. Tanpa sadar dai meletakkan kepalanya diatas meja dan ustadz sedang menjelaskan. Setelah ustadz menjelaskan beliau memanggil "Putra silahkan maju kedepan dan hitung soal nomer 2". Saat diapanggil putra langsung bangun dengan wajah kagett, kemudian dia mengerjakan soal tersebut dann hasilnyaa dia mengerjakan dengan baik dan benar. Putra merupaakan anak yang suka telat dan agak bandel tetapi dia memiliki kecerdasan yang sangat luar biasa.
Tak ayal, begitu waktu pulang tiba, Putra langsung berlari ke asrama dan langsung menata sebuah karduss yang sudah dilipat dan langsung meletakkan tubuhnya yang kurus itu ke lantai yang sudah diberi kardus untuk tidur. Dan tidak lama kemudian teman-teman lainnya juga ikut rebahan karena dengan hawa panas dan angin sepoi-sepoi membuat mereka mengantuk.
Waktu Dhuhur telah tiba. Namun didalam hati, Putra berpikir, “Ah, iqamatnya masih lama, paling tidak 15 menit lagi, waktu yang lumayan cukup untuk memuaskan kantukku.” Tiba-tiba akhi Raffi menghampiri Putra yang sedang rebahan. Ditatapnya putra dan teman-teman lainnya yang lagi tiduran.
“Putra, Reza, Adam, Bayu, zaki, Edo, Bastian, Kevin ayoo cepat bangun kalian, sudah iqamat !”, sayup-sayup terdengar akhi Raffi membangunkan. Putra dan teman-temannya yang dari tadi terjaga dari tidur tidak merasa panik, sebab hanya perlu meraih sajadah, dan berlari menuju masjid untuk berwudhu, lalu masuk ke masjid. Kamar mereka letaknya disebelah masjid tetapi berada dilantai atas, sehingga hanya dalam beberapa menit dia sudah mengangkat takbir tanpa masbuk.
Namun, karena tidur terlalu pulas, dia tidak tahu apa-apa lagi, suara akhi Raffi tidak dapat dia dengar. Merasa Putra dan teman-temannya akan bangun, akhi Raffi kemudian pergi, padahal Putra sedang tidur dengan pulasnya.
“Assalamu’alaikum warahmatullah….”, pertanda shalat sudah selesai, Putra sadar bahwa suara dari mik tersebut adalah suara pertama yang didengarnya saat dia bangun dari tidur siang. Dan sesuatu yang pertama dilihatnya adalah wajah akhi Raul (Bagian keamanan yang sedang control). Putra langsung bangkit dari tempat tidur, dan membangunkan teman-teman lainnya dan dilihat jam dinding yang tergantung diatas pintu. “Oh, tidak! Aku tidak shalat dzuhur berjamaah” bisiknya dalam hati.
Akhi Raul akhirnya mengetahui hal tersebut, kemudian menghampiri Putra dan teman-temannya dan bertanya, “Kenapa saat shalat dzuhur tadi kamu tidak terlihat dimasjid? apakah kamu tidak ikut shalat berjama’ah?“
“Maaf akhi, tadi saya ketiduran.” Putra dan teman-temannya menjawab tetapi dengan nada santai.
“Sudah berapa kali kalian terlambat?”
“iya akhi maafkan kami.”
“Sekarang, cepatlah kamu shalat.” Tegas kak Raul.
“Baik kak, maafkan saya ya kak”,
“Berdo’a dan minta ampunlah kepada Allah bukan kepada saya, ayo cepetan shalat , nanti keburu ashar dan nanti malam setelah mufrodat kalian datang ke lapangan memakai baju berwarna putih”.
“Iya kak.” Putra dan teman-temannya bergegas untuk berwudhu dan berlari menuju masjid.
Hari menjelang malam mereka melakukan aktivitas seperti biasanya dan setelah selesai mufrodat mereka tidak lupa datang ke lapangan.
Tanpa basa basi akhi Raffi (ketua mudabbir) dan akhi Raul (bagian keamanana) langsung berbicara "kalian akan saya beri hukuman dengan disiram air konat".
"Hah, kenapa kak ?” sahut putra dan teman-temannya protes.
“Masak masih tidak menyadari kesalahanmu?” diberi hukuman karena kesalahan kalian sendiri, sering terlambat!". Dengan wajah santai mereka tidak mempermasalahkan hal tersebut. Tidak lama kemudian mereka disiram air konat yang berwarna hitam mulai dari ujung kepala sampai ujung kakii. Setelah selesai disiram mereka dipersilahkan untuk kembali ke asrama dan mandii, kemudian bisa melanjutkan belajar bersama.
Waktu berjalan pulang mereka hanya ketawa-ketawa tanpa ada rasa malu, kesal, ataupun marah karena disiram dengan air konat yang membuat baju putihnya menjadi berwarna hitam dan sangat bau. Setelah mandi mereka bergegas untuk belajar bersama, dann ketika bel berbunyi "tengg...tenggg….tengg" tandanya belajar bersama pun selesai dann waktunya kembali ke asrama untuk beristirahat dan melanjutkan aktivitas dikeesokan harinya.
Yah, begitulah hari-harinya di Pesantren, selalu diimpit waktu, sering terlambat, dan disanksi adalah tiga hal yang tidak dapat dipisahkan olehnya tetapi saat disekolah putra merupakan anak yang rajin dan cerdas. Jadi, dibalik kebandelan Putra dia memiliki keunggulan prestasi disekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H