Mohon tunggu...
HANIFA FAIRUZ
HANIFA FAIRUZ Mohon Tunggu... Mahasiswa - Siswi

Hobi membaca dan menggambar

Selanjutnya

Tutup

Healthy

HIV/AIDS: Jauhi Penyakitnya, Bukan Korbannya!

8 Januari 2025   13:22 Diperbarui: 8 Januari 2025   13:29 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Infografis Stigma dan Diskriminasi terhadap ODHA

HIV/AIDS tetap menjadi tantangan kesehatan global yang signifikan, terutama di Indonesia, di mana stigma dan diskriminasi menjadi hambatan besar bagi upaya pencegahan dan pengobatan. Artikel ini mengeksplorasi akar penyebab stigma terhadap orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA), implikasinya terhadap hak asasi manusia, dan strategi potensial untuk mengurangi diskriminasi.

Stigma merujuk pada sikap dan keyakinan negatif yang dimiliki masyarakat terhadap individu dengan HIV/AIDS. Ini sering kali terwujud dalam bentuk ketakutan, penolakan, dan prasangka. Stigma seputar HIV/AIDS muncul pada akhir 1980-an, yang mengakibatkan isolasi sosial dan diskriminasi terhadap mereka yang terkena dampak. 

Masyarakat seringkali memandang HIV/AIDS sebagai penyakit yang hanya dialami oleh kelompok-kelompok tertentu, seperti pengguna narkoba suntik, pekerja seks, atau mereka yang memiliki orientasi seksual berbeda. Pandangan ini menciptakan pembatasan dan ketidakadilan yang sangat merugikan. Orang yang terinfeksi HIV sering kali dianggap tidak bertanggung jawab atas kondisi mereka, bahkan ada yang menganggap mereka "pantas" menerima hukuman tersebut. 

Sayangnya, ketidakpahaman ini sering kali dimanfaatkan untuk memperburuk situasi. Sebagai contoh, kita masih sering mendengar cerita tentang ODHA yang dihindari oleh teman atau keluarga hanya karena status kesehatan mereka. Bahkan, di beberapa tempat kerja atau lembaga pendidikan, ODHA masih dianggap sebagai ancaman yang harus dijauhi. Hal ini menciptakan ketidakadilan yang lebih besar, karena mereka yang terinfeksi justru semakin terisolasi dan kehilangan kesempatan untuk hidup normal.

Ada beberapa Faktor Penyebab Stigma, yakni:

  • Kurangnya Pendidikan. Salah satu faktor utama yang memperpetuasi stigma adalah kurangnya pengetahuan yang luas tentang penularan dan pengobatan HIV/AIDS. Salah paham tentang cara virus ini menyebar berkontribusi pada ketakutan dan perilaku diskriminatif yang tidak rasional.

  • Keyakinan Budaya. Banyak individu mengaitkan HIV/AIDS dengan perilaku amoral, seperti penggunaan narkoba atau promiscuity, yang menyebabkan stigmatisasi lebih lanjut.

  • Ketakutan akan Penularan. Ketakutan yang tidak rasional terhadap penularan HIV melalui kontak biasa memperburuk diskriminasi, yang mengakibatkan isolasi sosial bagi ODHA.

Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA menyebabkan banyak dampak negatif terhadap mereka, contohnya:

  • Halangan Akses ke Layanan Kesehatan: Stigma dapat menghalangi ODHA untuk mengakses layanan kesehatan, karena mereka mungkin takut akan penilaian atau perlakuan buruk dari penyedia layanan kesehatan. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan yang tidak diobati dan peningkatan tingkat penularan.

  • Pelanggaran Hak Asasi Manusia: Diskriminasi terhadap ODHA sering kali merupakan pelanggaran hak asasi manusia mereka. Menurut Undang-Undang Hak Asasi Manusia Indonesia, setiap individu berhak atas perlindungan tanpa diskriminasi. Stigmatisasi merusak prinsip ini, yang mengakibatkan perlakuan tidak adil dalam layanan kesehatan, pekerjaan, dan lingkungan sosial.

Ada beberapa cara untuk mengatasi stigma serta diskriminasi terhadap ODHA. Yang pertama adalah melalui kampanye pendidikan dan kesadaran. Meningkatkan pengetahuan publik tentang HIV/AIDS sangat penting. Program pendidikan dapat membongkar mitos dan mengurangi ketakutan, menciptakan lingkungan yang lebih menerima bagi ODHA.

Yang kedua adalah dengan melalui kebijakan dan kerangka hukum. Memperkuat undang-undang yang melindungi hak ODHA dapat membantu memerangi diskriminasi. Penegakan undang-undang ini sangat penting untuk memastikan bahwa individu menerima perlakuan yang adil dalam semua aspek kehidupan.

Yang ketiga adalah melalui keterlibatan komunitas. Melibatkan komunitas dalam diskusi tentang HIV/AIDS dapat membantu mengubah persepsi dan mengurangi stigma. Kelompok dukungan dan program outreach komunitas dapat menyediakan ruang aman bagi ODHA untuk berbagi pengalaman dan menerima dukungan.

Stigma dan diskriminasi yang dihadapi oleh orang yang hidup dengan HIV/AIDS merupakan hambatan signifikan bagi upaya pengobatan dan pencegahan yang efektif. Dengan mengatasi akar penyebab stigma melalui pendidikan, reformasi kebijakan, dan keterlibatan komunitas, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif yang menghormati hak dan martabat semua individu, terlepas dari status kesehatan mereka. Penting untuk diakui bahwa memerangi stigma bukan hanya masalah kesehatan masyarakat, tetapi juga merupakan masalah hak asasi manusia yang mendasar.

Maka dari itu, ingatlah bahwa HIV/AIDS bukanlah kutukan atau dosa. Ini adalah penyakit yang bisa terjadi pada siapa saja dan yang lebih penting adalah bagaimana kita mendukung mereka yang mengalaminya untuk hidup dengan martabat dan harapan. Stigma yang kita hilangkan hari ini, akan membentuk masyarakat yang lebih adil dan sehat untuk masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun