Mohon tunggu...
Hanifa chairunnisa
Hanifa chairunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Seorang Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tiga Dimensi Kecerdasan Manusia Berdasarkan Teori Taksonomi Bloom

23 Maret 2024   12:53 Diperbarui: 23 Maret 2024   12:58 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istilah taksonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu: tassein yang berarti mengklasifikasi, dan nomos yang berarti aturan. Sehingga taksonomi dimaknai sebagai herarki klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah taksonomi juga diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. (Magdalena dkk. 2020). Mengenai teori Taksonomi Bloom merupakan sutu teori yang bermula dari seorang yang bernama Benjamin Samuel Bloom seorang psikolog pendidikan degan kawan-kawannya pada tahun 1956, yang melakukan peneltian dan pengembangan pada kemampuan berfikir manusia pada proses pembelajaran serta konsep berfikir yang berupa struktur tingkatan kompetensi. (Madya, Pusdiklat KNPK)

            Taksonomi Bloom merupakan Struktur hierarki yang mengidentifikasikan kemampuan seseorang (skill) mulai dari tingkatan yang rendah hingga tingkatan yang paling tinggi. Seseorang yang ingin mencapai tingkatan yang tinggi maka terlebih dahulu harus menguasai tingkatan-tingkatan yang  berada dibawahnya. (Ulfah dan Arifudin 2023). Konsep tentang tingkatan kecerdasan manusia ini dibagi menjadi 3 dimensi berupa: 1) Kognitif, 2)Psikomotorik, 3) Afektif. (Khusniati, 2012). Dari setiap bentuk dimensi atau ranah ini masih dibagi lagi menjadi beberapa kategori dan subkategori yang bertigkat dan berurutan. Dari pembagian tingkatan kecerdasan diatas penting untuk peserta didik menguasai ketiganya dalam suatu takaran tertentu. Semakin stabil perkembangan ketiga tingkat kecerdasan itu maka dapat berpengaruh baik bagi perkembangan peserta didik.

Ranah Kognitif

Pada dimensi kognitif ini menekankan pada aspek intelektual, yaitu kemampuan pada kecerdasan berfikir dan berpengetahuan. Berdasarkan pada  revisi Taksonomi Bloom yang dilakukan pada tahun 1994 ranah kognitif ini terdapat 6 level/tingkatan, yaitu: 1) remembering (mengingat), 2) understanding (memahami), 3) applying (menerapkan), 4) analyzing (menguraikan), 5) evaluating  (penilaian), dan 6) creating (mencipta). (Madya, Pusdiklat KNPK). Penguasaan peserta didik pada ranah kognitif ini meliputi perilaku peserta didik yang ditunjukkan melalui aspek intelektual (pengetahuan dan keterampilan berfikir), misalnya peserta didik mampu memahami definisi yang baru diketahuinya, serta mengingat teori yang diperolehnya dengan sangat kuat.

Ranah Afektif

Ranah ini merupakan bentuk dimensi yang berhubungan dengan sikap, nilai, emosi, perasaan, serta derajat penerimaan atau penolakan suatu objek dalam kegiatan belajar mengajar. Peninjauan terhadap ranah afektif ini dapat dilakukan melalui sikap, nilai, perasaan dan motivasi peserta didik. Kartwohl  &  Bloomdalam (Magdalena,  2021)membagi  ranah  afektif  menjadi  5 kategori yaitu: 1) receiving/attending (penerimaan), 2) responding (menanggap), 3)Valuing (penilaian), 4) Organization (mengelola), 5) Characterization (karakteristik). Peninjauan terkait aspek afektif  ini dapat dilakukan melalui aspek moralyang ditunjukkan melalui perasaan, nilai, motivasi, dan sikap pesrta didik.

Ranah Psikomotorik

Pada dimensi yang ketiga yaitu Ranah psikomotorik ini meliputi kompetensi yang melibatkan anggota badan Ketika melakukan sutu pekerjaan, atau merupakan suatu kompetensi yang berkaitan dengan fisik. Peninjauan terkait aspek psikomotorik ini dapat dilakukan melalui aspek keterampilan peserta didik sebagai implementasi dari kegiatan belajar mengajar (KBM). Aspek Afektif ini menunjukkan bahwa kemampuan pesrta didik tidak cukup hanya dengan menghafal suatu teori atau definisi saja, akan tetapi peserta didik hendaknya menerapkan teori tersebut ke dalam aktualisasi nyata. Maka hal ini menjadi tolak ukur peserta didik dalam memahami ilmu secara komprehensif yaitu memiliki daya implementasi yang kuat untuk menerapkan ilmu yang diperolehnya. Maka menurut (Pohan:2017) kategori yang termasuk dalam ranah Psikomotorik adalah meniru, memanipulasi, pengalamiahan. (Ulfah dan Arifudin 2023)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun