Mohon tunggu...
Hanifa Dwi Amini
Hanifa Dwi Amini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sejarah UPI

masih belajar nulis :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sejarah Batik Garutan

21 Mei 2022   14:42 Diperbarui: 21 Mei 2022   14:51 1597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: kompasiana.com

Batik telah menjadi salah satu warisan nenek moyang dan telah menjadi salah satu indentitas Bangsa Indonesia. Batik sendiri menjadi salah satu bukti adanya rekam jejak masa dahulu dan menjadi salah satu bagian dari adanya kejadian sejarah. Meski batik merupakan produk Indonesia yang cukup terkenal baik didalam maupun diluar negeri, sejarah mengenai batik tidak mudah untuk ditemukan. Masyarakat lebih mengingat kepada motif ataupun cara membuat batik, namun tidak dengan sejarah kapan mulai terbentuk maupun filosofis dibalik batik, khususnya Batik Garutan. Sejarah Batik Garutan jika dicari melalui jejaring sosial (online) hanya ditemukan dalam web Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Garut, itupun tidak memuat informasi yang jelas mengenai sejarah dari Batik Garutan. Dan tidak sempat untuk mencari informasi secara lisan maupun fisik mengenai batik garutan karena keadaan yang tidak memungkinkan (pandemi covid-19).

Bahkan, adapun dalam salah satu postingan di web republika yang menceritakan mengenai susahnya Hartono sebagai penulis buku mengenai Batik, untuk mencari informasi mendalam mengenai asal usul dan filosofi batik. Meski sudah melakukan survei ke sejumlah daerah, informasi yang dapat ia kumpulkan terhitung sangat sedikit. Padahal, pria yang mulai mengoleksi batik garutan sejak 1980-an itu merasa perlu melengkapi buku-buku sejenis yang sudah ada, baik dari segi motif maupun informasi mengenai batik. Pengamat dan pegiat batik, Indra Tjahjani juga mengungkap bahwa dokumentasi adalah kelemahan utama dalam penelusuran asal usul dan sejarah batik di Indonesia. Ia memperkirakan kondisi itu dilatari anggapan penduduk masa silam terhadap batik. Orang zaman dulu menganggap batik sebagai hal biasa yang merupakan bagian dari kehidupan sehingga tak perlu dibukukan dan dipamerkan. Para pembatik masa lalu umumnya menyimpan segala rancangan motifnya di kepala. Sehingga kebanyakan literatur mengenai batik hanya memuat foto-foto koleksi batik yang indah tanpa unsur filosofi dibalik motif tersebut juga kisah sejarah dibaliknya. Alhasil, mereka yang ingin mencari tahu atau meneliti soal batik harus berupaya metani dan menerjemahkan ulang apa yang disampaikan para sesepuh dan pegiat batik terdahulu.

Namun tentu ada beberapa kisah mengenai awal mula adanya batik. Batik semula dikenal sebagai produk kerajinan bahan pakaian pada masyarakat Jawa. Pada zaman kerajaan-kerajaan di Jawa dahulu, diperkirakan sejak zaman Kerajaan Majapahit dan terus berkembang kepada raja-raja berikutnya. Oleh karena awalnya kegiatan membatik hanya dikerjakan terbatas dalam lingkungan keluarga kerajaan dan hasil batiknya digunakan sebagai pakaian raja, keluarga, dan pegawainya. Para bangsawan dan pembesar kerajaan menggunakan pakaian adat yang terbuat dari kain batik halus, dan dibuat secara terbatas untuk kalangan elit tertentu. Sedangkan bagi masyarakat biasa, lazimnya menggunakan pakaian tenun ikat yang terbuat dari bahan kain yang lebih kasa dan harganya jauh lebih murah. Menurut taksiran kasar, perbandingan harga kain batik halus yang dikenakan oleh para bangsawan keraton dengan kain kasar yang dipakai oleh rakyat jelata, sangat berbeda jauh (Kartika & Gumilar, Tanpa Tahun, hlm. 3).

sumber: kompasiana.com
sumber: kompasiana.com

Kegiatan membatik mulai menyebar ke seluruh daerah di Jawa ketika semasa Perang Diponegoro berakhir yaitu pada 1830. Ketika terjadi Perang Diponegoro melawan penjajah Belanda, Belanda mendesak agar keluarga kerajaan serta pengikutnya harus meninggalkan daerah kerajaan. Pada saat itulah kemudian keluarga-keluarga raja di daerah Yogya dan Solo harus mengungsi dan menetap di daerah-daerah baru. Keluarga kerajaan yang mengungsi itu kemudian tersebar ke daerah yang antara lain adalah Banyumas, Pekalongan, Ponorogo, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, dan daerah lainnya di sekitar Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat (Kartika & Gumilar, Tanpa Tahun, hlm. 4).

Dalam penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa seni batik garutan terpengaruh oleh budaya dari kerajaan majapahit dan menyesuaikan motifnya dengan kebudayaan lingkungan setempat. Sehingga tradisi membatik ini telah ada sejak lama. Bahkan di dalam naskah Siksa Kandang Karesian yang berasal dari abad ke-16, sudah disebutkan motif-motif batik. Hal ini menandakan bahwa tradisi batik dikalangan orang sunda sudah ada sejak lama di beberapa daerah dan berkembang hingga sekarang.

sumber: kompas.com
sumber: kompas.com

Kegiatan dan usaha pembatikan di Garut merupakan warisan nenek moyang yang berlangsung turun temurun dan telah berkembang lama sebelum masa kemerdekaan (Setiawan I, 2010, hlm. 430). Pada tahun 1945 Batik Garut semakin popular dengan sebutan Batik Tulis Garutan dan mengalami masa jaya antara tahun 1967 s.d. 1985 (126 unit usaha) (Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Garut, 2017).

Sumber literatur:

Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Garut.  2017. Batik Tulis Garutan. [Online]. Diakses dari: https://www.garutkab.go.id/page/batik-tulis-garutan

Kartika & Gumilar. (Tanpa Tahun). Batik Garutan dan Identitas Parahiyangan. 1-15     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun