Mohon tunggu...
Hani Sukma Andera
Hani Sukma Andera Mohon Tunggu... Mahasiswa - Blogging

Menulis artikel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Toleransi dan Etika Berbahasa di Media Sosial

12 Juli 2021   16:00 Diperbarui: 12 Juli 2021   16:47 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Platform media sosial saat ini seperti Facebook, Instagram, YouTube, Twitter, TikTok dan lainnya dirilis untuk untuk memudahkan masyarakat Indonesia berkomunikasi, mencari informasi maupun berbisnis.

Dilansir dari platform manajemen media sosial HootSuite dan agensi marketing We Are Social, bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta atau 73,7 persen dari total populasi sebesar 274,9 juta jiwa pada Januari 2021.

Namun, banyaknya angka pengguna internet atau warganet di Indonesia tidak sebanding dengan etika berbahasa yang ditunjukkan saat mengekspresikan kebebasan mereka dalam menggunakan media sosial.

Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya aksi perundungan atau penindasan dunia maya (Cyberbullying) yang dilakukan oleh pengguna internet atau warganet di Indonesia.

Seperti halnya yang dialami oleh selebgram Rahmawati Kekeyi Putri Cantikka atau yang akrab disapa Kekeyi. Ia menjadi korban perundungan atau penindasan dunia maya (Cyberbullying).

Ia mengaku sering menangis karena sering dibully warganet ketika awal mula meniti kariernya.
"Nangis aku sering, dari dulu kalau misalnya aku sering nangis di kamar mandi. Terus aku curhat sama ayam-ayam aku, walaupun dibalasnya cuma kokok petok gitu," ungkapnya.

Meski begitu, Kekeyi mengaku tak ingin larut dalam kesedihan dan ingin tetap menjadi artis terkenal agar dapat membantu menghidupi keluarganya. Ia juga bersyukur masih memiliki keluarga dan orang-orang sekitar yang selalu memberi dukungan dan kasih sayang tak henti hentinya.

Tak hanya Kekeyi, baru-baru ini perundungan atau penindasan dunia maya (Cyberbullying) kembali terjadi dan dialami oleh satu keluarga di Sumatera Utara yang mendadak viral di TikTok.
Hal ini dikarenakan satu keluarga tersebut mengidap kondisi langka Treacher Collins Syndrome.

Syarif Surya Ali Manurung (27) salah satu penderita Sindrom Treacher Collins yang viral di Tiktok mengaku video TikTok yang ia unggah terus meningkat hingga 25 juta penonton dan pengikut akun TikTok nya terus bertambah hingga dalam sehari bisa mencapai seribu pengikut.

Surya mengungkapkan bahwa ia tidak malu dengan keadannya dan justru bersyukur karena ia merasa di luar sana masih banyak orang yang memiliki kondisi tidak seberuntung mereka.

Surya beserta kakak dan adik-adiknya yang juga memiliki sindrom serupa tetap melakukan aksi tarian khas TikTok dengan percaya diri tanpa menghiraukan komentar negatif yang terkadang masih sering ia terima. Namun tak sedikit pula warganet yang memuji dan menyemangati Surya beserta saudara-saudaranya agar tetap eksis di media sosial khususnya TikTok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun