Mohon tunggu...
Haniah Hamidah
Haniah Hamidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya

Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Surabaya Tahun 2024

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islam & Konstruktivisme: Membangun Kerangka Berpikir di Tengah Zaman yang Instan

1 November 2024   21:31 Diperbarui: 1 November 2024   21:32 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap zaman memiliki tantangan dan perubahan masing-masing, termasuk di zaman terkini. Di zaman ini, teknologi sudah sangat maju. Perubahan ini ada untuk memudahkan kehidupan manusia sehingga banyak hal dapat dikerjakan dengan cepat atau instan. Salah satunya adalah AI. Artificial Intelligence atau lebih dikenal dengan sebutan AI adalah teknologi kecerdasan buatan yang dirancang untuk membuat sistem komputer meniru kemampuan intelektual manusia. Teknologi ini memang sangat memudahkan kehidupan manusia agar dapat memecahkan masalah kognitif, seperti pembelajaran, penciptaan, dan pengenalan gambar. AI dapat melakukan berbagai hal, seperti: memahami apa yang disampaikan orang, membuat keputusan, menerjemahkan bahasa, menganalisis apakah sesuatu bernada negatif atau positif, dan sebagainya. 

Secara keseluruhan, AI sebenarnya diciptakan untuk membantu manusia dalam melakukan berbagai tugas dan memudahkan kehidupan manusia. Akan tetapi, karena AI adalah cara yang termasuk cepat atau instan, akhirnya menciptakan fenomena dimana siswa terlena dan ketergantungan terhadap AI dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran mereka. Tanpa adanya proses berpikir dan memahami materi dari siswa. 

Selain ketergantungan, terjadi fenomena kesenjangan antara terpenuhinya tugas siswa namun tidak terbentuk pemahaman dalam siswa tersebut. Akhirnya, tugas hanyalah formalitas nilai, bukan sebagai instrumen untuk menguji pemahaman dan sebagai saran untuk mempelajari kembali materi yang telah diajarkan. Sehingga berdampak kepada kualitas siswa dalam memahami pelajaran. 

Padahal manusia sendiri dibekali dengan akal oleh Allah yang digunakan untuk berpikir. Definisi akal dalam Islam adalah pemindahan penginderaan terhadap fakta melalui panca indera ke dalam otak yang disertai adanya informasi-informasi terdahulu yang akan digunakan untuk menafsirkan fakta tersebut (An-Nabhani, 2003). Dengan proses berpikir ini dapat membangun kerangka berpikir siswa yang akhirnya bisa membentuk pemahaman siswa terkait dengan materi pembelajaran yang disampaikan. 

Proses berpikir dengan penangkapan fakta dan pengkaitan dengan informasi sebelumnya ini, dapat diterapkan dalam Pendidikan. Teori yang berkaitan dengan hal ini adalah konstruktivisme dimana suatu pendekatan dilakukan untuk pengajaran dan pembelajaran berdasarkan pada premis bahwa kognisi (pembelajaran) adalah hasil dari 'konstruksi mental'. Dengan kata lain, siswa belajar dengan memasukkan informasi baru bersama dengan apa yang sudah mereka ketahui. Konstruktivis percaya bahwa belajar dipengaruhi oleh konteks di mana ide diajarkan serta oleh keyakinan dan sikap siswa. 

Konstruktivisme adalah teori belajar yang ditemukan dalam psikologi yang menjelaskan bagaimana orang dapat memperoleh pengetahuan dan belajar. Karena itu memiliki aplikasi langsung ke pendidikan. Teori ini menunjukkan bahwa manusia membangun pengetahuan dan makna dari pengalaman mereka (Bada & Olisegun, 2015). Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh (Paradesa, 2015) menyatakan bahwa konstruktivisme adalah suatu pendekatan yang berkeyakinan bahwa orang secara aktif membangun atau membuat pengetahuan sendiri dan realitas ditentukan oleh pengalaman orang itu sendiri. 

Teori ini melawan teori belajar behavioristik yang merupakan pendekatan dalam psikologi yang menekankan pengamatan perilaku yang dapat diamati secara eksternal. (Miguel et al., 1992) Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan eksternal, dan pembelajaran terjadi melalui hubungan antara stimulus dan respons. Salah satu tokoh terkenal dalam teori ini adalah Ivan Pavlov. Pavlov melakukan eksperimen tentang refleks kondisioning pada anjing. Ia menemukan bahwa anjing dapat belajar merespons stimulus baru setelah stimulus tersebut dikaitkan dengan stimulus lain yang telah menimbulkan respons alami. Contohnya, anjing dapat belajar untuk mengeluarkan air liur setelah mendengar bunyi lonceng karena lonceng tersebut dikondisikan dengan pemberian makan. 

Tentunya ini sangat bertentangan, dimana hasil penelitian terhadap hewan yang notabene-nya tidak dapat berpikir dan tidak mempunyai akal diaplikasikan kepada manusia yang terlahir dengan akal dan kemampuan berpikir. 

Selain dari definisi akal menurut Islam diatas, Imam Al-Ghazali dalam salah satu pendapatnya, menyatakan bahwa akal adalah suatu sifat yang membedakan manusia dengan binatang, dan merupakan potensi yang dapat menerima dan memahami pengetahuan-pengetahuan yang berdasarkan pemikiran, dan akal mampu menghasilkan produk-produk pemikiran yang canggih. 

Maka tak heran jika Islam adalah agama yang memerintahkan manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya. Allah berfirman dalam Al-Quran, 

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka." (TQS. Ali 'Imran : 190 - 191)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun