Akhir-akhir ini, diet gluten free atau diet bebas gluten menjadi tren di Indonesia. Â Sebagian dari mereka, melakukan diet ini tak semata-mata karena tubuhnya intoleran terhadap gluten, melainkan hanya ingin "hidup lebih sehat". Ditambah zat ini dianggap kurang baik untuk kesehatan karena melihat beberapa orang merasakan gangguan pencernaan setelah mengonsumsi makanan yang mengandung gluten. Â Namun, benarkah demikian?
Sebelum membahas fakta atau mitos dari pernyataan diatas, ada baiknya kita mengetahui apa itu gluten.
Apa Itu Gluten?
Gluten merupakan protein yang lengket dan elastis yang terkandung di dalam beberapa jenis serealia, terutama gandum yang merupakan bahan utama dalam pembuatan tepung terigu, jewawut/millet, gandum hitam/rye, dan sedikit dalam oats, sementara pada beras, kentang, dan jagung tidak mengandung gluten.
Siapa Saja yang Perlu Diet Bebas Gluten / Gluten free?
Diet bebas gluten diterapkan dengan menghilangkan bahan makanan yang mengandung gluten, yaitu golongan grain misalnya gandum, oat dan produk grain lainnya, pada makanan sehari-hari. Â Diet ini umumnya hanya diterapkan untuk beberapa penyakit atau kondisi medis tertentu dimana konsumsi gluten dapat menimbulkan beberapa reaksi pada tubuh sehingga konsumsi gluten harus dihindari. Berikut penyakit atau kondisi medis yang memerlukan terapi diet bebas gluten / gluten free:
Penyakit Seliak
Seliak merupakan penyakit genetik, di mana penderitanya mengalami alergi akibat intoleransi terhadap gluten yang memicu peradangan dan merusak permukaan usus halus sehingga terjadi malabsorbsi zat gizi. Dampaknya, penderita bisa mengalami diare, konstipasi, dan perut kembung. Selain gangguan pada saluran cerna, penderita bisa mengalami anemia, osteoporosis, penyakit saraf, kulit, dan jantung. Oleh sebab itu, penderita penyakit celiac wajib menghindari gluten seumur hidup.
Intoleransi gluten yang bersifat non-seliak
Beberapa orang mengalami gejala dan keluhan yang mirip dengan penderita penyakit seliak setelah mengonsumsi makanan yang mengandung gluten, seperti gangguan saluran pencernaan, sakit kepala, lemas, dan nyeri sendi. Namun yang membedakan dengan penyakit seliak adalah tidak adanya kelainan pada usus.
Autistic Spectrum Disorder (ASD)
Pola konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan bagi anak dengan Autistic Spectrum Disorder (ASD). Makanan yang mengandung gluten dan casein dapat mempengaruhi perilaku anak autistik karena kedua zat tersebut kasein tidak tercerna dengan baik dan ada yang mengalir ke aliran darah dan otak sehingga mempengaruhi perilaku dari anak autis tersebut. Oleh karena itu, salah satu cara mengurangi gangguan perilaku pada anak autistik dengan menghindari konsumsi makanan yang mengandung gluten dan casein.
Penyakit autoimun tertentu
Sejumlah penelitian menunjukan bahwa penderita penyakit autoimun tertentu, seperti penyakit Hashimoto, penyakit Grave, dan rheumatoid arthritis, memiliki risiko untuk menderita penyakit celiac sehingga disarankan untuk menjalani diet bebas gluten.
Irritable Bowel Syndrome dan radang usus.
Gluten juga diduga dapat menimbulkan keluhan pada penderita. Oleh sebab itu, penderita kedua kondisi tersebut perlu menghindari makanan yang mengandung gluten.
Apakah Boleh Diet Bebas Gluten / Gluten Free Untuk Menurunkan Berat Badan?
Salah satu penelitian memang menunjukkan bahwa mengurangi konsumsi gluten memiliki dampak positif terhadap pengendalian berat badan. Anda boleh saja memilih untuk mengonsumsi makanan bebas gluten meskipun tidak memiliki masalah kesehatan di atas. Namun, tetap perhatikan kandungan gizi dalam produk makanan yang akan dikonsumsi. Berbeda dengan kondisi medis yang telah disebutkan diatas yang memang harus menghindari gluten, untuk pengendalian berat badan cukup dengan membatasi gluten. Jadi, jika Anda dalam masa pengendalian berat badan masih boleh mengonsumsi bahan makanan mengandung gluten dalam jumlah terbatas ya.
Penerapan diet bebas gluten tanpa adanya kondisi medis di atas dapat menyebabkan tubuh kekurangan gizi, seperti serat, karbohidrat, protein, asam folat (vitamin B9), niasin (vitamin B3), dan vitamin B lain yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.