Tentu saja, kami tidak dilepas snorkeling begitu saja, tetapi dibawah pengawasan pemandu yang kompeten. Ternyata ya, sulit juga berenang di laut. Wisata olah raga dan alam tak terbatas ini merupakan pengalaman tak terlupakan. Begitu terpesonanya saya dengan pemandangan bawah laut dengan ikan-ikan yang berenang ke sana ke mari. Tak terasa arus bawah laut ternyata membawa saya menjauh dari perahu yang membawa kami ke spot snorkeling. Dengan rasa was-was saya berenang sekuat tenaga kembali mendekati perahu. Tentu saja tidak mudah berenang memakai life vest (rompi pelampung). Duh, lumayan ngos-ngosan dan membuat haus, padahal air membentang sejauh mata memandang. Ya kali, air laut, mana bisa diminum.
Sejak itu saya ketagihan untuk snorkeling. Setiap ada wisata bernuansa pantai dan laut, bila memungkinkan saya terjun untuk snorkeling. Bahkan peralatan snorkeling pun saya beli dan siapkan untuk kapan-kapan snorkeling lagi.
Wisata pantai tak hanya dilakukan di sekitar pantai Senggigi, tetapi kami pun menyambangi ke selatan pulau Lombok yaitu ke Tanjung Aan, ke pantai Kuta Mandalika.
Sebetulnya masih ada potensi pantai-pantai lainnya di pulau Lombok, yaitu Tanjung Bango, Selong Belanak, Pink Beach di Lombok Tenggara.
Menilik potensi wisata alam pulau Lombok bukan hanya pantai dan laut, tapi masih ada wisata alam lainnya yaitu wisata pegunungan, yaitu jelajah ke Gunung Rinjani, Bukit Merese, Tetebatu, Air Terjun Sendang Gile, Desa Bilok Petung, Hutan Monyet Pusuk, dan masih banyak lagi.
Mungkin suatu saat saya akan menyambangi juga wisata alam ke pegunungan melengkapi kekangenan saya akan pulau Lombok.
Kolaborasi Adat dan Budaya di tengah Gempita MotoGp
Lombok bukan hanya pulau dengan seribu masjid, di Lombok juga terdapat Pura Hindu di Pura Batu Bolong. Pura peninggalan Danghyang Dwijendra itu berlokasi dijalan raya Senggigi, Batu Layar, Lombok Barat. Beberapa pura lain pun masih ada peninggalan Raja Anak Agung Gede Ngurah Karang Asem yang dibangun berabad yang lalu.
Tak ketinggalan adalah Desa Sade sebagai desa adat suku Sasak di daerah Rambitan, Lombok Tengah, tak jauh dari kawasan wisata The Mandalika.
Desa adat yang terkenal dengan hasil tenunnya juga menampilkan bentuk arsitektur yang unik khas Sasak, terbuat dari dari ijuk, kuda-kuda atapnya memakai bambu tanpa paku, tembok dari anyaman bambu, dan langsung beralaskan tanah yang dilapis dengan kotoran kerbau.
Masih ada sentra-sentra tenun lainnya yang dikembangkan di pulau Lombok selain Desa Sade, misalnya sentra tenun Sukarara - Lombok Tengah, dan Desa Pringgasela - Lombok Timur.
Mandalika bukan hanya ajang persaingan antara Jonathan Rea dan Toprak Razgatlioglu, dua pembalap yang memperebutkan posisi pertama dunia. Bahkan Jonathan Rea digadang menggantikan Valentino Rossi yang pensiun pada akhir Kejuaraan Dunia MotoGP 2021 yang lalu.
Nantinya di Indonesia Aja kita bisa menonton Kejuaraan Dunia MotoGP, tetapi walaupun demikian dengan adanya The Mandalika tak menyurutkan semangat kolaborasi berbagai unsur kreatif di pulau Lombok. Hal ini sudah terbukti terlaksana sejak tahun 2019 yang lalu dengan diadakannya dialog kreatif, kolaborasi dengan komunitas Sasak Lama, kolaborasi dengan komunitas Hadroh, pembuatan Farmers Expo, dan kolaborasi dengan Kemenparekraf membentuk acara Tourism Smart.