Mohon tunggu...
Hanifah Cahyaningsih
Hanifah Cahyaningsih Mohon Tunggu... -

Orang Disiplin itu tidak kreatif, dan Orang Kreatif tidak bisa Disiplin. Proud to be Weird

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rahasia di Balik Fenomena Ojek Syar'i

30 Desember 2015   19:56 Diperbarui: 22 Januari 2016   21:07 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="http://jadiberita.com/wp-content/uploads/2015/08/ojek-syari-www.kawankumagz.com_.jpg"][/caption]

Manusia adalah makhluk yang memiliki rasa tidak pernah puas. Bersama berkembangnya jaman, manusia selalu berfikir untuk melahirkan inovasi-inovasi baru. Berbagai karya diciptakan untuk mempermudah kehidupan. Melihat teknologi yang selalu berkembang, karya-karya itu pun tidak terpisahkan dari teknologi.

Layanan transportasi berbasis online terus bertambah. Setelah munculnya Go-Jek dan GrabBike, kini hadir juga Ojek Syar’i atau yang disingkat OJESY. Ojek Syar’i merupakan salah satu fenomena yang sedang membuming akhir-akhir ini. Ojek tersebut terinspirasi oleh jasa layanan ojek motor berbasis teknologi atau yang kita kenal dengan Go-Jek.

Saat ini Ojesy menjadi layanan ojek wanita pertama san terpercaya di Indonesia. Meskipun ada dengan nuansa Islami, Ojesy tidak membatasi perempuan yang ingin menggunakan jasanya. Wanita non muslim juga boleh menggunakan layanan tersebut.  Meskipun sama-sama menawarkan akses ojek online, namun Ojesy bukanlah layanan berbasis aplikasi seperti Go-Jek atau GrabBike. Untuk mendapatkan layanan Ojesy, penumpang dapat menghubunginya lewat telepon, SMS, WhatsApp atau BBM.

 Ojek Syar’i tercipta melalui proses yang cukup lama, berdasarkan gejala-gejala yang terjadi di lingkungan. Banyaknya berita mengenai pelecehan seksual terhadap perempuan di angkutan umum, seorang mahasiswa jurusan Hubungan Internasional di UPN Veteran Surabaya, Evilia Adriani, menggagas Ojek Syar’i khusus perempuan. Mahasiswa berusia 19 tahun ini prihatin terhadap pelecehan yang dilakukan di sarana transportasi umum tersebut.

Selain berangkat dari keprihatinan Evi, ojek syar’i muncul karena hampir semua jasa ojek dijalankan oleh laki-laki, sedangkan beberapa perempuan tidak mau naik motor selain dengan mahramnya. Di samping itu, banyak perempuan yang tidak dapat naik motor namun harus berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Kondisi yang seperti ini tentulah menyulitkan perempuan.

Ide Evi mengenai ojek syar’i ini disambut hangat oleh temannya yang bernama Reza Zamir (21). Bahkan, salah satu dosennya langsung menjadi pelanggan pertama saat Evi menceritakan idenya tersebut.

Setelah Dosen tersebut menegaskan, apakah Evi jadi menjalankan ojek syar’i, hari itu juga Evi diminta mengantarkan adik perempuan Dosennya. Berbekal motor Yamaha Jupiter miliknya, Evi resmi menjalankan Ojek Syar’i dan Evi sendiri menjadi tukang ojeknya. Layaknya sebuah usaha, Evi membuat jaket dan helm khusus berlogo Ojek Syar’i.

Dua pekan kemudian, datang dukungan dari Abdullah Dinar (32) dan Agus Edi S (32). Abdullah membantu dari sisi teknologi informasi, sedangkan Agus pada pengembangan bisnis dan manajemen. Kini, sudah terkumpul 18 pengemudi Ojek Syar’i.

Pertama kali menjadi tukang ojek, dalam sehari Evi mendapatkan uang Rp 50.000. Usaha sejenis yang berbasis di Sukolilo dan hanya melayani mahasiswi pun bergabung. Kini Evi pun membuka peluang untuk pengemudi di Ojek Syar’i. Syaratnya ialah harus perempuan, berjilbab, serta punya motor dan ponsel Android karena pemesanan dilakukan lewat aplikasi di ponsel pintar. Untuk menggunakan jasa Ojek Syar’i, konsumen dikenakan biaya awal Rp 5.000 yang digunakan untuk mengganti uang transportasi pengemudi dari rumah ke lokasi konsumen.

Selanjutnya, tarif per kilometer ialah Rp 3.000. Selain itu, ada uang tunggu sebesar Rp 5.000 per 30 menit, sedangkan biaya pembatalan order sebesar Rp 10.000. Jika pengemudi sudah berangkat, konsumen terkena biaya pembatalan, tetapi jika belum, tidak terkena biaya pembatalan. Penghasilan pengojek tak bisa disepelekan. Rata-rata pengojek mendapat tiga order yang masing-masing berjarak 10 km. Dari situ, pengojek mendapat Rp 105.000 yang dibagi 70 persen untuk pengemudi, 30 persen untuk manajemen.

 

 

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun