Mohon tunggu...
Hani Nurfalah
Hani Nurfalah Mohon Tunggu... Mahasiswa - pelajar mahasiswa

aku adalah manusia biasa yang begitu berharap tentang sebuah jalan yang lurus, hobiku memasak dan berkebun, yang lebih suka mengabadikan momen dengan melihat saja tanpa di abadikan dalam bentuk digitalisasi. begitulah potret hidupku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Prasasti Tugu: Jejak Sejarah Tarumanegara di Museum Fatahillah

27 Juni 2024   12:09 Diperbarui: 27 Juni 2024   12:49 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
TUGU PRASASTI https://fastrans22.blogspot.com/2013/10/sumber-sejarah-dan-peninggalan-kerajaan_30.html?m=0

Ketika kita memasuki musium kita sudah bisa melihat bagaimana jejak-jejak sejarah dan peninggalan kerajaan-kerajaan yang ada di sekitar  Jakarta,tidak hanya peninggalan kerajaan tarumanegara tapi disana kita bisa melihat bagaimana Jakarta dimulai. Tapi kali ini, saya akan membahas atau mengkaji peninggalan kerajaan Tarumanegara salah satunya adalah Prasasti Tugu. Nah, Prasasti Tugu ini kalau kalian penasaran  bisa langsung lihat di Musium Fatahillah tepatnya di Kota Tua Jakarta. Mari kita bahas!

Prasasti Tugu ditemukan di kampung Tugu, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Isi dari prasasti ini menjelaskan pembangunan 2 buah sungai pada masa Tarumanegara di tahun ke-22 Raja Purnawarman memerintah. Sungai tersebut adalah Chandrabagha ( banghasasi ) dan Sungai Gomandi. Sungai Banghasasi kemudian diabadikan menjadi sebuah kota yaitu Bekasi. Dimana merupakan prasasti terpanjang dari semua peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Prasasti Tugu dipahatkan pada sebuah batu andesit berbentuk bulat panjang setinggi satu meter. Pada batu prasasti tersebut terpahat lima baris pesan yang ditulis menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Dari bentuk huruf Pallawa yang digunakan, prasasti ini diperkirakan dibuat pada pertengahan abad ke-5.

 Berikut ini bunyi isi Prasasti Tugu dan terjemahannya:

 pura rajadhirajena guruna pinabahuna khata khyatam purim prapya candrabhagarnnavam yayau, pravarddhamane dvavingsad vatsare sri gunau jasa narendradhvajabhutena srimata purnavarmmana, prarabhya phalguna mase khata krsnastami tithau caitra sukla trayodasyam dinais siddhaikavingsakaih, ayata satsahasrena dhanusamsasatena ca dvavingsena nadi ramya gomati nirmalodaka, pitamahasya rajarser vvidaryya sibiravanim brahmanair ggo sahasrena prayati krtadaksina. 

Terjemahan: Dulu (sungai yang bernama) Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan mempunyai lengan kencang dan kuat, (yakni Raja Purnawarman) untuk mengalirkannya ke laut, setelah (sungai ini) sampai di istana kerajaan yang termahsyur. Di dalam tahun ke-22 dari takhta Yang Mulia Raja Purnawarman yang berkilau-kilauan karena kepandaian dan kebijaksanaannya serta menjadi panji segala raja, (maka sekarang) beliau menitahkan pula menggali sungai yang permai dan berair jernih, Gomati namanya, setelah sungai itu mengalir di tengah-tengah tanah kediaman Sang Pendeta Nenekda (Sang Purnawarman).

Pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik, tanggal 8 paro-petang bulan Phalguna dan disudahi pada hari tanggal 13 paro-terang bulan Caitra, jadi hanya 21 hari saja, sedang galian itu panjangnya 6.122 tumbak (11 km). Selamatan baginya dilakukan oleh para brahmana disertai 1.000 ekor sapi yang dihadiahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun