Mohon tunggu...
Nadim AlLande
Nadim AlLande Mohon Tunggu... Penulis - Study Sosiology

Penulis adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik Raja Haji Tanjungpinang. Bercita-cita ingin abadi, dengan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen #1 | Dalam Bayang-bayang Si Gingsul...

29 April 2020   14:40 Diperbarui: 29 April 2020   14:40 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Mula-mula sebuah Agama itu diciptakan oleh Manusia, namun manusia tidak menyadari yang bahwasanya merekalah yang menciptakan dan mengkonstruksi  Agama itu sendiri".

Sepengal kalimat tulisan yang sedang iya baca dalam buku aneh yang sudah lusuh tak bersampul dan tak tau pula sipakah gerangan penulis dari buku aneh tersebut(penasaran).

Sejenak iya pun berhenti membaca , merenung dan otaknya terus berpikir keras pada sepengal kalimat yang ada didalam buku tersebut. Sembari berpikir, hati pun ngupat dan beteriak dalam diri sintingggggggg ....

"Keimanan buta bagi pemeluk agama, berbahaya bagi lingkungan di sekitar. Mereka bukan lagi terjebak pada harapan-harapan semu, juga tergelincir jatuh dalam ketidak rasionalan. Sikap mereka sungguh bertentangan pada kodrat manusia. pada hal mereka tau, akal sebagai pembeda dari mahluk lainya".

seketika pikirannya seperti berputar kencang, siyalnya tak tau kapan akan berhenti. Bahkan sembari berpikir, hati mulai ngupat. "ahk buku ini benar-benar sinting, lebih baik sejenak aku berhenti membaca buku ini".

Sreeettt ... sreeetttt ...

Satu paragraf kalimat tadi, yang telah iya baca. Lalu, iya tandai dengan pena. Barangkali Siapa tau kalimat ini berguna nantinya untuk dijadikan refrensi dalam tiap tulisan, pikir-nya.

Keesokan hari, pukul 08.30 seperti biasa rutinitas sebagai mahasiswa harus bangun pagi-pagi sesuai jadwal perkuliahan. Terlambat karna begadang, bukan Sayak itu namanya.

Ouh yaa, Nama Sayak itu adalah pemberian nama yang dicetuskan oleh bapak siyalnya itu. Entah apa artinya nama Sayak pun tak iya tahu. Bagi orang-orang, nama anak sangatlah penting. Konon katanya pemberian nama anak adalah Do'a, bagi sang pemberi nama. Bagi si Sayak sangat lah tidak penting sebuah nama, apalah artinya sebuah nama yang hanyaa namaaaa!

Pekiran-nya benar, terlambat sudah melekat jadi budaya. Bukan karna tidak disiplin, ritualnya dimalam hari yang sudah menjadi budaya, baginya membaca dimalam hari justru lebih asyik dan kaya wawasan, ketimbang jadi pendengar yang baik dan duduk manis dimeja kelas.

Kampus baginya kini bukan lagi tempat yang ideal sebgai wadah "intelektual ekssize", kian hari kampus menjelma sebagai kandang kambing dan dosen sebagai pengembala yang menjejal semaunya, dengan teori-teori yang memabukkan, melangit dan sayup tak tekejar oleh mahasiswa. Anehnya jika mengkritik atau barangkali menyangkal kekeliruan dosen, mahasiswa akan dianggap pembangkang dan nilai jadi taruhanya.

Begitulah matinya demokrasi diruang kelas, begitulah pula bibit feodalistik  disemaikan dibangku kelas(pendidikan kini manah bisa dipercaya). Bagiknya diruang kelas sangat membosankan. Siyalnya Ilmu dikelas pun jarang pernah di dapatkan, namun tak sampai bersedih hati galau tak berkesudahan (yang penting bergelar dan misi orang tuanya pun akan segera iya usaikan). Ilmu dikelas tak berbuah, tak mengapa "asalkan baginya selama ada perpustakaan, disitulah ada kemerdekaan", pandangan ini juga menitik beratkan pada ungkapan yang indah, apalah artinya sukses bila tidak dibarengin dengan "barang siapa bersungguh-sungguh pastikan iyaa akan mendaptakanya". Kegelisahan yang mengerikan.

Usai perkuliahan, tradisinya yang menjadi ritual peribadatan yang iya anggap sebagai rumah paling suci iyalah ke perpustakan yang ada di kampus. Wah perpustakan kian ramai, siang itu. Namun bila diperhatikan dengan seksama selalu dalam keramaian itu terlihat pada kemirisan. Siyalnya, Mahasiswa bukan lagi hendak membaca buku berlama-lama yang karna benar-benar ingin menambah ilmu sperti Negara-negara maju. Mereka hanya akan membaca, disaat menerima perintah tugas dari sang pengembala dan mereka juga pikir dengan belajar dikelas berati sudah selesai tak perlu lagi ada membaca, berorganisasi dan lain sejenisnya.

Dalam bayang-bayang itu, rutinitas ini dilakoni terus menerus oleh mahasiswa yang tidak sadar akan pentingnya ilmu pengetahuan bagi kualitas pribadinya sendiri. Hal hasil, seberapa banyak mahasiswa yang tamat keluar dari kandang kambing tetap menjadi kambing. Walaupun bahkan dengan nilai IPK yang membangakan, tak akan menjamin. (mahasiswa di identikan sebagai Agen of Change didalam masyrakat).

Satu persatu dengan sorotan tajam melihat rak rak buku yang sudah berdebu, mulai mencari buku yang hendak di raba oleh jemari tangan, Membaca deretan buku-buku dirak-rak perpustakan, dengan cermat akan memilih buku-buku kesukaan tentunya. karna untuk dirampok dibawak pulang.

Tak lama kemudian buku yang inggin dicarik ketemu juga, buku yang sempat dilarang oleh orde keparat: Tan Malaka yang berjudul Mandilog. Menjadi sembunyiaan di dalam bajunya. Teknik merampok buku, harus mengunakan kaos plus jaket kebesaran agar mudah di selip dipingang badan.

Suasana kala itu agak ramai namun orang-orang sibuk dengan berbagai aktivitasnya. Setelah berhasil iya selipkan di pingang badannya. Terasa ada yang aneh melekat sentuhan jemari alus dipundak kanannya. Seketika suasan mencekam agak dingin pasi tak berkutik langsung badan kurusnya, tegang tapi don't panic. Tatkala tubuhnya membalik berhadapan menoleh kebelakang. Sambil tanganyanya di raba dan iya toleh ke tangan kanan yang memegag lembut dan bau harum parfumenya yang menyengat khas itu.

Sayak... sayak...

Ssstttt, jariku mengangkat memberi symbol dibibir, dengan wajah kagetan pucat pasi.
"Astaga nirrr, ku pikir siapa tadi", saut suara paraumya yang agak berbisik-bisik bekeringat dinggin.

Lemparan wajahnya menatap sadis dengan tersenyum manis, dan agak mengoyangkan kiri kanan kepalanya. Nira adalah adik kelas, sering ketemu tapi dikelas jarang bersapa condong mebisu. Pertemunya bukan hanya sekli dua kali, tapi iya tetap acuh. adik-adik kelass sering kali loncat mata kuliah smester atas. Suatu ketika si Sayak kadangkala iya sering memantau ingin tau, tapi sekilas dan melupa. Nira wanita yang manis agak pendiam dan lumayan cerdas bila diajak diskusi. hal itu pula sangat mengagumkan. sebagai laki-laki normal iya tergoda dan otaknya mesum. Saat berada dikelas, sedang berlangsung mata kuliah, Kadang kala hasrat imajinasinya tetang dia meronta tak tertahan oleh bujuk rayu wajahnya yang barangkali tidak hanya iya yang merasakan fenomena tersebut. Yaaa Tuhaannn...

Ketika si Nira sadar, ada mahluk asing bertingkah aneh seprti sedang mengawasinya dengan mata curiga. Tatkala iya sempatkan menoleh kesamping, tatapan matanya pun mengundang untuk di terawang.  sering kali mata si sayak yang penasaran tegiur untuk membaca apa yang ada disebalik tatapan  matanya. Tatapan matanya yang begitu indah, seperti ada yang hendak inggin dikisahkan, barang kali beberapa kalimat, sepengal kalimat, atau satu paragraph dan seterusnya.

Ouhhh, nira ...
"Bila mata bertentang mata, hati didalam bagai nak gilaa".

Keesokan harinya kami berpapasan beriringan begerak maju seprti  melangkah pada tujuan yang satu perpustakan. Siyalnya Gelagat yang telah diketahui oleh nira menjadikan ancaman pikiran si sayak, barangkali akan iya seret laporkan ke penjaga perpus. Nira mulai mengetahui, perampokan itu di dalam perpusatakan. Sambil berbisik bunyi lembut suara yang dikeluarkan dari mulut wanita itu pun terdengar mengagumkan dan menghancurkan prasangka yang sudah disangkanya tadi.

"hati-hati, kanda. Semogga berhasil".
Senyum manjanya yang agak mengejek pun terpancar yang memperlihatkan gigi ginsulnya yang indah tiada duanya, menambah harum semerbak dalam jiwa si keparat Sayak yang kini dilihat keanehan mulai nampak, yang ternyata kegilaan bayangan dan benih-benih kasmaran yang meluap-luap didalam sanubariknya membuat iya terperangkap pada rayuan iblis itu. Andai kau dapat melihat nira!

Setelah iring-iringan itu berahkir dengan jalan masing-masing, iyaa mengedipkan matanya kepada si sayak seperti memberi kode,  iya pura-pura mengajak penjaga perpus berbicara mengalihkan agar aksi si Sayak tak kelihatan. Hal itu sangat memudahkannya dalam aksi perampokan tersebut.  Keberhasilanya saat  menyeludup tanpa terdeteksi dan bergegas keluar dengan langkah agak santai perlahan seperti tidak ada kejadian . Ingin iya ucapkan terima kasih kepadanya, yang sdikit banyak telah membantu dalam aksinya tersebut. Tak lama kemudian beberapa menit setelah si sayak keluar. Nira pun keluar.

"Nirrr, dengan senang hati ku ucapkan. Terima kasih sudah membantuku".

"Kapan-kapan. Kau akan ku ajak lagi dalam persekongkolan ini Nir".

Nira pun tersenyum kegelian, ekspresinya yang manis dan gingsulnya (Masyaallah),  yang tadinya pendiam, malu-malu pemalu. ahkirnya ,mengemukakan pedapat:

"Iyaa, sama-sama kanda",jawabnya.
"ouh ya kanda, Buku yang tadi,  setelah kanda selesai membacanya! teringgin sekali adinda membacanya. karna katanya Buku Tan Malaka Mandilog sangat menarik untuk dibaca".

Si Sayak agak terheran teperanjat tak biasanya, iya pikir si Nira tidak tahu seputar nama buku dan nama penulis yang dibunuh oleh Bangsanya sendiri ini dan sempat dilarang bukunya beredar pada orde Keparat. 

sambil berkata: "baiklah nira, akan ku pinjamkan buku ini stelah selesai membacanya".

Stelah kejadian itu pertemuannya kian rapat. iya pikir wanita ini sama saja dengan mahasiswa-mahasiswa lainya. ternyata iya berbeda. Iya gemar membaca seperti aku pula! Dan Buku Tan Malaka?
***
Di tengah malam plus sunyi, tak ada lagi kendaraan yang berlalu lalang dijalanan. terasa lebih damai untuk membaca dan merenung. Ritual ini setiap malam sering Sayak lakukan, sebagai bentuk zikir penghayatan pada puncak kehidupan yang mendalam. Jalan sunyi adalah jalan filsup baginya, jalan dimanah akal dan hati sembari berdiskusi dan bernegasi. Waktu yang cocok untuk menulis, baginya di malam hari dan sunyi. Banyak tulisan-tulisan dan puisi yang iya lahir dari sunyi dan malam hari.

Dari sunyi aku bertemu Tuhan,
Dari sunyi pula, olehnya aku menerima wahyu
.

Orang yang tidak menyunyi. Pikiranya, sudut pandangnya tak mampu melihat kebenaran-kebenaran dari banyak sisi. Sayak selalu ber-pikir karna ini pula, cara Rasul menerima (wahyu) atas perintah olehnya, yang seketika waktu kala itu menyunyi di gua hiro. Islam menyebutnya dengan tafakur(perenungan). Dalam hidup yang penuh kebohongan dan fitnah, manusia butuh tafakur untuk menyegarnya. Baginya membaca saja tidaklah lengkap, tanpa observasi, diskusi, tafakur, dan aksi. Hal ini lah membuat si sayak mampu  lakukan semata buat menyaring dari kabar bohong atau dari dogma/ doktrin buku-buku bacaan.

Buku antik yang sempat  iya baca kemarin malam menjadi pilihan,  siapa yang mampu menghentikan kepenasaran dan kecurigaan? "Membaca buku-buku nakal lebih mengasikan ketimbang buku-buku kanan" umpat-nya. Tak lupa setiap malam kopi hitam dan roti selalu menjadi peneman hidangan yang tak bisa ditinggalkan. Tak sakral rasnya tanpa kopi.

"Agama adalah Candu. Sebuah metaphor yang ber Maksud dengan tujuan memberikan "kesadaran" adalah Orang beragama kian hari kian jauh dari realitas kehidupan sosial. Mereka teralienasi begitu jauh, tentang obsesi surga dan neraka pada kehidupan yang tidak ada dalam duniawi. Bagi mereka duniawi adalah ancaman bagi kemaslahatan iman,  dengan harapan-harapan semu yang irasional. Tanpa memahami betul bagaimanh tiap kemiskinan ini bisa terjadi? Bagaimanah cara menuntaskan keimiskinan? dan kenapa orientasi Agama yang sebenarnya sangat sosial, justru kian menjadi asosial? Disaat penjajah, menjajah sebuah koloni manusia yang tidak bersalah dan mengeksploitasi manusia dengan cara-cara ketidakberadaban tanpa nurani dan Agama menjauhkan diri dengan kesibukan pada yang transcendental yang vertical sungguh agama begitu kehilangan akal? Agama tidak semata yang Transcendetal vertical , Agama juga mengajarkan Trancendetal yang horizontal. Hidup adalah tentang keadilan dan keseimbangan. tentu agama benar selalu mempunyai alternative-alternatif yang tidak sempit tentang memaknai kehidupan". Terasa bertentang tentu olah pikir otak mulai terasa, neuron-neuron dikepala pun mulai bekerja dan bercucur berpeluh. Sembari juga iya raba telinga gelas yang berisi kopi sakralnya tanpa memalingkan dari tatapan serius buku tersebut, demikian iya seduh sembari berpikir buku ini memang sinting umpatnya lagi.

Seketika tak terasa deras waktupun semakin menukik ke pagi, berulang kali tanda pekikan ayam begitu nyaring dari luar rumah. Jam pun menujukan hampir pukul 03.45 wib. Mata terasa sangat lelah dan berat sekali. alaram handpone selalu di setel dengan waktu yang telah iya tentukan. Untungnya jadwal perkuliyahan besok masuk pukul 10.30, dan siyalnya wajahnya terbayang diangan-angan kasmaran, niraa gingsulmu ...

Setelah kesokannya setelah selesai dari karantina ruangan yang berisik dengan ocehan-ocehan yang memuakan. Sayak langsung bergegas untuk menuju ruangan yang iya ingin sekali bahkan mati di kubur oleh ribuan buku-buku dengan kahfan yang dibalut lembaran tulisan dengan nisan yang bertulisan: "disini terbaring si kutu buku yang juga bercita-cita merdeka100%". jadi bila manah malaikat maut bertanya padanya bisa dengan mudah menjawab dengan kebebasan dan ilmu-ilmu yang iya miliki, barangkali mungkin akan iya ajak malaikat bicara dengan rasionalitas.

Nenek moyang manusia sebagai cerita Legenda perdebatan awal mula penciptaan manusia yang tertulis dalam kitab-kitab Agama. Manusia adalah mahluk yang paling agung yang telah diciptakan olehnya? Meskipun malaikat protes akan kehadiranya, Tuhan meninggi "aku lebih tahu daripadamu". Lantas seluruh malaikat bersujud dihadapan manusia karna-karna perintahnya?  terkecuali malaikat yang asal penciptanya dari api.

Tatkala suasana perpustakan beramaian, disudut pojok meja itu ternampak wanita yang iya cari-cari. Namun iya tidak melihatnya dan dia tidak sendiri. dia begitu ayuh, tenang, dan sangat menghayati buku bacaanya. pun seperti biasa, sembari menjalankan aksi yang sungguh sayang apabila disia-siakan. Dan berberapa buku pun sudah di kantongi meski suasana yang tenang dan dipenuhi mahasiswa-mahasiswa diruang itu. Si Sayak ini sangat lihay. Setelah selesai melancarkan aksi, iya pun bergegas memberanikan diri untuk menghampiri nira meskipun ada beberapa teman di sampingnya. Pakainya yang agak mencolok diantara kawan-kawanya dengan kacamata yang gangangnya mirip kulit hewan ampibi penyu. 

Langkah kaki ini seprti ada tarikan magnet yang sangat kuat untuk menghampirinya teman-temanya semacam memberi kode mungkin dalam hatinya ciee niraa.. lalu berkenan dan bergegas untuk meninggalkan kami dengan alasan yang tak jelas. Teman-temanya begitu peka, bergegas memindahkan segumpal tubuhnya karna sebab-sebab pengertian.

"hei, semalam terima kasih yaa", agak membisik perlahan diuacpakan.

"ouhh iyaa sama-sama". Sambil menghiraukan dan tekun tak berpaling sangat serius seperti tak inggin digangu,  iya membaca buku. Ketika siuman iya semacam salting nampak dari raut wajahnya yang indah dan gerak tubuh yang bisa ditebak, karna mungkin iya pikir dimanah teman-temanya? Kok ada si itu. Iya pun menghentikan bacaanya. Lalu Sayak pun memulai berbunyi meski agak sedikit gugup yang dimodalin berani berani berani.

"Nirr kapan-kapan ikut di organisasiku yukk atau kapan-kapan juga ikut gabung dalam diskusi komunitasku yuk?".ajakan yang agak sedikit meronta-ronta namun agak perlahan berbisik-bisik, meyakinkanya.

"kamu tidak bosan apa belajar dikelas. Propagandanya "hanya jadi kambing-kambing? dengan dosen-dosen yang tak tahan dikritik itu".

"kalau untuk organisasi belum bisa" nadanya halus. "karna kebetulam lagi bantu ibu jaga caffe", jawabnya.

"tapi kalau ikut komunitas diskusi inshallah mungkin nanti dicoba atur  waktunya".

"Baiklah,  nanti kukabari".

Sebelum itu : "Nir aku boleh mintak kontak whatsappmu ngak?, agar mudah dihubungi", bunyinya yang mirip suara guruh (serak basah), dengan rasa urat malu yang sudah putus. Berani,berani,berani!! (umpat-nya). 

Seketika tangan kananya si Sayak ditarik terlentang kedepan  agak terasa gesekan sesama kulit tangan yang lembut dan dinggin tersentuh dipegang, dengan menodong pena menulis angka-angka yang berasal dari Arab di tanganya. Dengan senyuman yang nampak gingsulnya itu, dengan kerudung yang mirip-mirip gadis Melayu, bulu lentik matanya terasa sangat dekat.

Peristiwa itu membuat aku inggin berpuisi:

Dikala Adam murung disurga tanpa siapapun pendampingya,
Tuhan dengan belai kasih dan selalu maha tahu setiap apa yang hambanya pikirkan,
Terciptalah Hawa dari tulang rusuknya Adam, dan iyalah yang menjadi pendamping...
Peneman dikala suntuk dan sunyinya Adam.
Ini lah peristiwa besar, awal munculnya peradaban manusia ....


***

29/04/20

Nadim Al-Lande

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun