Mohon tunggu...
Nadim AlLande
Nadim AlLande Mohon Tunggu... Penulis - Study Sosiology

Penulis adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik Raja Haji Tanjungpinang. Bercita-cita ingin abadi, dengan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dependensi

26 Maret 2020   00:18 Diperbarui: 26 Maret 2020   00:21 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Moderenitas menurut Yuval dalam bukunya berjudul Homo Deus semacam sebuah perjanjian, "moderenitas adalah sebuah perjanjian". Lantaran menurutnya manusia setuju untuk menyerahkan makna ditukar dengan kekuasan. 

Hal ini bisa kita lihat bagaimanah sikap manusia modern yang cenderung mengalami perubahan sosial yang sangat drastis dan sulit dicegah, terutama sikap dependensi (ketergantungan) atas kekuasan teknologi terhadap manusia.

Adapun yang menjadi acuan dependensi tidak terlepas dari pandangan Marx, bagaimanah Marx melihat hubungan antara penguasaan(pemilik modal) dan terkuasainya kaum lemah, sebagaimanah disebutnya kaum borjuasi menguasai alat produksi yang mengeksploitas terhadap kaum yang tidak memiliki alat produksi(proletar). 

Hal ini sama halnya ketergantungan yang berlebihan, secara tidak sadar yang akan menghilangkan rutinitas makna dari hidup sejatinya. Bahakan dihari depan hal itu pasti akan terus terjadi.

Menurt Yuval: "...manusia tidak bisa hidup selama-lamanya, mereka tidak bisa menghindari penyakit, dan mereka tidak bisa melakukan apa pun sesuka hati..." (hal 230). Bahkan menurutnya lagi "...jika kita menginvestasikan uang dalam riset, maka terobosan saintifik akan mengakselerasi kemajuan teknologi. Teknologi baru akan menggerakkan pertumbuhan ekonomi, dan sebuah ekonomi yang tumbuh akan memberikan banyak uang lagi untuk riset. Dengan stiap dekade yang berlalu, kita akan menikmati lebih banyak makanan, kendaran lebih cepat, dan pengobatan yang lebih baik. Suatu hari pengetahuan kita akan begitu besar dan teknologi akan begitu maju sehingga kita akan meramu jamu muda abadi, jamu kebahagian sejati, dan obat-obatan apa pun yang mungkin kita ingginkan...(hal 231)".

Hal yang patut disesali, mengenai wabah pandemic corona dengan angaran riset yang terbilang rendah sangat lah tidak mungkin untuk Indonesia mampu keluar dari penyelesaian wabah virus corona secara bedikari seperti yang dikatakan Yuval diatas. 

Terkecuali Indonesia kian betah menjadi bangsa yang dijajah ekonominya dengan cara-cara konsumtif obat-obataan dari cina atau Negara asing lainya. 

Bagi Negara-negara yang terjangkiti wabah pandemic, krisis ekonomi yang kian tak terelakan (merosotnya), menjadi peluang tersendiri bagi para para rentenir untuk memberikan pinjaman uang. 

Sebagaimanah kasus Ebola yang meletus di Afrika Barat pada tahun 2014, menurut anda apa yang terjadi pada saham-saham ini farmasi yang sibuk mengembangkan obat dan vaksin anti-Ebola? 

Saham-saham itu meroket. Saham Tekmira naik sampai 50 persen dan BioCryst naik 90 persen. Sebagaimanah  Menurut penulis buku Homo Deus Yuva Noah Harari itu "bagi bursa saham, bahkan sebuah epidemic adalah peluang bisnis".

Tantangan,Kesiapan dan kesunguhan bangsa indonensia di massa depan perlu dipertanyakan kembali, dilihat dari bagaimanah orientasi Negara yang kian melenceng dari cita-cita dan tidak tentu arah. Adapun ideology yang dianggap pemersatu, kian hari kian semu dan utopis.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun