Mohon tunggu...
Nadim AlLande
Nadim AlLande Mohon Tunggu... Penulis - Study Sosiology

Penulis adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik Raja Haji Tanjungpinang. Bercita-cita ingin abadi, dengan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Rocky Gerung Socratesnya Indonesia

1 Februari 2020   00:31 Diperbarui: 1 Februari 2020   11:02 1257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hanya satu yang aku tahu, yaitu bahwa aku tidak tahu apa-apa". Filosop besar pernah mengucapkan demikian. Karna keterbatasan itu maka syarat utama kita iyalah mengaktifkan kuriositas yang filosopis. Dengan begitu bila kita sandingkan dengan tokoh yang fenomenal hari ini sebut saja Rocky Gerung melakukan semua apa yang disebut filosop besar Socrates. 

Apakah ketidaktahuan dengan melakukan pertanyaan-pertanyaan lantas tidak disebut sebagai orang yang bijaksana? Ataukah dengan melakukan pertanyaan-pertanyaan tanpa memberi solusi itu dianggap tidak baik? Tentu saja pertanyaan-pertanyan ini sering dilontarkan bagi mereka yang membenci Rocky karna tidak mampu mencarik akar dalam pandangan filospies.

Di era Socrates sekitar 450 SM, Atena merupakan pusat kebudayan di dunia Yunani. Sejak massa itu muncul filsafat sebagai pengetahuan baru. Melihat fenomena Rocky diera demokrasi sekarang, pentingnya pendidikan bangsa Indonesia yang pas adalah pendidikan yang menajamkan kesadaran krtis yang filosopis. 

Untuk itu melihat tantangan Indonesia dihadapan, demokrasi kita sangat membutuhkan angin segar, agar demokrasi dapat dijalankan dengan baik tidak bisa hanya mengadalkan trias politika. 

Untuk itu pendidikan rakyat harus diikut sertakan dengan pendidikan kritis, dimanah pendidikan kritis yang penulis maksud disini adalah mampu mentransformasi dikehidupan nyata yang mengugah realitas kesadaran. Karna demokarsi membutuhkan kecerdasan comonsens(akal sehat) untuk menujang tatanan kosmos manusia sebagai pemimpin dimuka bumi(Khalifa fil ard).

Bagi para penduduk atena, yang paling penting adalah menguasai seni berpidato, yang berati mengatakan berbagai hal dengan cara yang meyakinkan. Untuk itu terdapat komunitas filosop yang menamakan diri kaum Sophis. Kata "sophis" berati seseorang yang bijaksana dan berpengetahuan. Di Athena, kaum shopis mencarik nafkah dengan mengajar para warga Negara dengan imbalan uang. Ini pula yang membedakan kaum sophis dengan Socrates. 

Sedangkan socartes mengangap ilmunya adalah ilmu bidan. Dia tidak melahirkan sendiri anak itu, tetapi dia ada untuk membantu selama kelahiran. Socrates menganggap tugasnya seperti membantu orang-orang "melahirkan" wawasan yang benar, sebab pemahaman yang sejati harus timbul dari dalam diri sendiri.

Socrates memaksa orang-orang yang ditemuinya untuk mengunakan akal sehat mereka. Bahkan dikisahkan Socrates dapat berpura-pura bodoh atau menunjukan dirinya lebih tolol dari pada yang sebenarnya. Ini baginya memungkinkan untuk terus mengungkap kelemahan pemikiran orang-orang. Untuk itu socartes juga sering mempermalukan orang-orang didepan public. 

Setirenya yang terkenal "Athena itu seprerti seekor kuda yang lebam, dan akulah penganggu yang menyengatnya agar beringas".Disinilah perbedaan antara kaum sophis dan Socrates itu sendiri. Socrates lebih memilih menjadi penganggu kekuasaan demi keadilan sosial bagi seluruh masyrakat banyak. sedangkan kaum sophis mereka orang-orang terpelajar yang mencariksuaka dibawah junjungan kekuasaan demi kehidupan perut individu mereka atau sekarang bisa disebut berganti nama (kaum buzzer) atau lainya.

Melihat kisah Socrates diatas melihat Rocky Grunge tentu mempunyai kemiripan yang sama. Karna mereka mampu membongkar, menguraikan, menemukan, mencraik titik kelemahan apa yang sebenarnya dibalik yang tampak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun