Pecinta sepakbola Jerman pasti sudah tidak asing lagi dengan klub ini, klub yang mempunyai julukan "Die Konigsblauen" jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti biru royal karena warna kebesaran mereka yang berwarna biru.
Klub yang bermarkas di Veltins Arena ini memang kaya akan sejarah dan prestasi tercatat sudah pernah merengkuh 7 kali juara Liga Jerman, 5 kali Piala Jerman, 1 kali Piala UEFA dan yang terakhir 1 kali Piala Super Jerman yang mereka raih pada tahun 2011.
Walaupun memang harus diakui, Liga Jerman memang terkesan membosankan dan murni hanya dikuasai oleh 2 klub besar saja, siapa lagi kalau bukan Bayern Munchen dan Borussia Dortmund walaupun sekali lagi perlu diketahui Bayern Munchen tetap lebih dominan daripada Borussia Dortmund.
Namun setidaknya kehadiran Bayern Leverkusen, Schalke 04 dan klub yang sering dibicarakan 5 tahun terakhir ini RB Leipzig paling tidak dapat mengganggu Borrusia Dortmund dan Bayern Munchen di kancah liga domestik.
Seperti yang sudah ditebak di musim ini (2020/2021) Bayern Munchen hanya tinggal menunggu waktu saja untuk merengkuh (kembali) gelar juara Liga Jerman.
Tercatat dari 31 kali berlaga Bayern Munich sudah memperoleh 71 poin terpaut 7 poin dari pesaing terdekatnya, RB Leipzig dan jika Bayern Munchen tampil konsisten, bukan tidak mungkin Bayern Munchen dapat meraih gelar juara liga (lagi lagi dan lagi).
Berbeda dengan musim-musim kemarin Wolfsburg dan Eintracht Frankfurt mulai kembali menunjukkan eksistensinya di liga domestik dengan masing-masing berada di peringkat ke 3 dan 4 hingga pekan ke 31 ini.
Lalu bagaimana dengan nasib Schalke 04 pada musim ini? Miris rasanya jika membicarakan Schalke 04 di musim ini membayangkan masa lalu mereka dengan kejutan-kejutan yang terjadi di pentas domestik hingga Eropa berbanding terbalik dengan pencapaian klub di musim ini.
Tercatat dari 30 penampilannya di Liga Jerman Schalke 04 baru mengoleksi 13 poin dengan rincian 2 kali kemenangan, 7 kali hasil imbang dan 21 kali kekalahan mirisnya lagi hingga saat ini Schalke 04 hanya dapat menjebloskan 18 gol ke gawang lawan dengan 76 kebobolan.
Sebagai tambahan informasi tim terburuk setelah Schalke 04 dalam hal pertahanan adalah FC Koln dengan kemasukan 56 gol dengan kata lain, 20 gol lebih baik dibandingkan Schalke 04 cukup menyedihkan memang penampilan Schalke 04 pada musim ini.
Sebenarnya Liga Jerman sendiri masih menyisakan 4 laga sisa namun peluang Schalke 04 untuk tetap bertahan sudah tertutup dan jika kita mencoba mengkalkulasinya misal Schalke 04 sukses memenangkan pertandingan di 4 laga sisa mereka akan mendapatkan tambahan 12 poin maka diakhir musim total poin mereka menjadi 25 poin.
Jumlah poin tersebut pun tetap masih belum bisa menyalip peringkat ke-17 sementara Hertha Berlin yang sementara ini masih bermain 28 match dengan perolehan 26 poin.
Sebagai catatan berdasarkan data Schalke 04 sudah terdegradasi sebanyak 4 kali 1981, 1983 dan 1988 dan ini merupakan pertama kalinya Schalke 04 akan terdegradasi setelah terakhir kalinya mereka rasakan pada tahun 1988/1987.
Artinya tim ini sudah 33 tahun tidak merasakan pil pahit ini dan tak pernah lagi merasakan turun level sejak mereka kembali promosi pada musim 1991/1992.
Padahal jika melihat skuad yang ada, paling tidak Schalke 04 dapat betahan paling tidak di papan tengah Liga Jerman. Diperkuat Mahhew Hope dan Ozan Kabak serta mendatangkan pemain berpengalaman seperti Klaas-Jan Huntelaar, Sead Kolasinac dan Shkordan Mustafi pada Januari lalu dengan harapan dapat sedikit banyak membantu kebuntuan Schalke 04 di musim ini namun pada akhirnya hal tersebut hanya menjadi angan-angan semata.
Sejak awal musim tim ini memang sangat tidak konsisten terbukti dengan 5 kali ganti pelatih dari David Wagner, Manuel Baum, Huub Stevens, Christian Gross dan yang terakhir Dimitrios Grammozis, mereka telah memecat empat pelatih sepanjang musim ini dan menjadi rekor tersendiri sejauh ini di Liga Jerman.
Walaupun tetap saja dari kelima pelatih tersebut tidak ada yang bisa mengangkat performa tim, dengan kata lain hampir tiap 2-3 bulan para pemain harus menyesuaikan diri kembali dengan taktik dan strategi yang berbeda dengan pilihan pemain yang tentu berbeda dan tidak konsisten.
Padahal di 10 tahun terakhir ini Schalke 04 seringkali mengorbitkan pemain bintang, pecinta sepakbola pasti mengenal Mesut Ozil, Ivan Rakitic, Leon Goretzka, Benedikt Howedes, Julian Draxler, Manuel Neuer, Joel Matip hingga duu produk terbaru mereka Weston McKennie yang saat ini bermain untuk Juventus dan winger timnas Jerman Leroy Sane yang sukses besar bersama Manchester City.
Bisa dibilang, musim ini merupakan penghabisan dari masalah-masalah yang terjadi di beberapa tahun terakhir baik internal maupun hal teknis lainnya di luar lapangan. Seperti mereka dengan mudahnya menjual pemain-pemain potensial dalam satu dekade terakhir ini yang akhirnya bersinar di klub barunya.
Lebih dari itu, Schalke 04 beberapa kali bermasalah dengan keputusan pemecatan di bagian manajemen tim pasalnya Reschke yang merupakan seorang yang berpengalaman pun dipecat setelah hanya menjabat selama 18 bulan ditambah lagi masing-masing pemain Schalke 04 dalam beberapa momen terlibat perkelahian baik dengan staff maupun antar pemain.Â
Di dalam tim ini sendiri sebenarnya sudah lama rusak ditambah lagi dengan kondisi ekonomi klub yang amburadul. Meski begitu, hal ini baru terlihat pada musim ini saat performa mereka ditampilkan di atas lapangan.
Harapan semua fans sepakbola tentu saja sama, semoga Schalke 04 cepat kembali ke pentas tertinggi Liga Jerman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H