Apa yang pertama kali terlintas di pikiran kalian ketika mendengar kata "linting", dalam Bahasa Jawa sendiri "ngelinting" bisa diartikan sebagai menggulung, namun dalam topik yang akan saya bahas dalam kesempatan kali ini adalah melinting dengan tembakau.
Kata "linting" sendiri sangat identik sekali dengan sebuah kegiatan seseorang yang sedang membuat rokok secara mandiri/manual dengan bahan baku yang terdiri atas: papir/kertas, tembakau sebagai bahan utama dan cengkeh (opsional). Kemudian selanjutnya pada kertas tersebut diberi tembakau dan cengkeh lalu digulung sampai berbentuk tabung dengan bawahnya yang runcing.
Cara tersebut masih tergolong cara lama dan walaupun terlihat sederhana namun butuh perasaan dalam melinting tembakau. Oleh sebab itu, dalam pembuatannya membutuhkan keahlian, jika kalian sudah ahli dalam melinting dan sudah cocok dengan selera tembakaunya niscaya kalian akan merasakan kenikmatan yang hakiki pada setiap hisapannya, bahkan mengalahkan rokok yang sebelumnya kalian beli di warung-warung.
Dewasa ini, karena sudah semakin banyak orang yang menikmati rokok dengan cara melinting, mulai banyak bermunculan toko-toko tembakau yang menjual segala jenis tembakau dan juga alat-alatnya, terutama di kota saya sendiri di Yogyakarta. Ditambah lagi mulai banyak para penikmat rokok pabrikan yang beralih ke rokok lintingan atau yang biasa kita sebut sebagai "tingwe" apasih tingwe itu? tingwe sendiri ternyata berasal dari dua kata Bahasa Jawa yaitu nglinting dewe yang artinya melinting sendiri.
Banyak alasan mengapa mereka para penikmat rokok konvensional berubah haluan ke rokok lintingan, salah satunya yaitu semakin mahalnya harga rokok pabrikan, dari pandangan saya pribadi pun melihat fakta di lapangan rata-rata harga satu bungkus rokok pabrikan berkisar antara 15 ribu rupiah sampai dengan 25 ribu rupiah, itu pun hanya bertahan 2-3 hari saja.
Berbeda dengan jika kita melinting sendiri mungkin bisa bertahan 1-2 minggu dengan harga yang sama. Bisa dibayangkan bukan jika kita membeli di gerai tembakau dengan membawa uang sejumlah 25 ribu rupiah sudah dipastikan dapat membawa pulang papir, cengkeh dan tentunya tembakau mungkin masih ada uang kembalian juga (tergantung jumlah permintaan dan jenis tembakau).
Belakangan ini pun seringkali saya pribadi menjumpai para kawula muda sedang asyik mengerjakan tugasnya maupun hanya sekadar nongkrong bersama kawannya sambil menikmati hisapan demi hisapan rokok yang dibuatnya secara mandiri. Mungkin, alasan awalnya hanya ingin coba-coba dan ikut-ikutan dengan kawan yang sudah lama menyukai tingwe itu sendiri. Namun, lambat laun mungkin mereka merasa cocok lalu meninggalkan rokok konvensional dan beralih ke tingwe.
Kembali ke tingwe, ternyata rokok yang dibuat secara mandiri ini mempunyai kelebihan loh daripada rokok konvensional, kita bisa meracik sendiri dalam pembuatannya sesuai selera dari jenis tembakau misal jika kita menginginkan jenis tembakau yang berat kita bisa menggunakan gayo, darmawangi dan masih banyak lagi jenis lain.Â
Namun jika menginginkan tembakau yang ringan dan soft di banyak gerai tembakau juga sudah banyak menyediakan banyak sekali varian rasa buah, jadi tergantung kalian pribadi lebih menyukai yang original atau yang sudah diberikan perasa.Â
Selain banyak variannya, dalam proses pembuatannya kita bisa meracik sesuai selera kita baik besar kecilnya ukuran maupun bahan campuran lainnya biasanya banyak sedikitnya cengkeh yang akan dicampur namun, kelemahannya dalam meracik dan membuat lintingan seringkali hasilnya tidak serapi saat kita membeli rokok konvensional.
Meskipun dalam kegiatannya merokok masih banyak dinilai masyarakat hanya menghabiskan uang dan hanya akan menimbulkan hal-hal yang berkonotasi negatif terutama dalam hal kesehatan, tetapi dalam faktanya ternyata ada beberapa manfaat merokok, antara lain, seperti mengurangi risiko parkinson, mencegah penyakit asma dan beberapa penyakit yang berhubungan dengan alergi, dan nikotin mempunyai fungsi membunuh kuman penyebab tuberkulosis, selain itu nitrat oksida dalam nikotin berperan mengurangi radang pada usus besar.
Sebenarnya masih ada banyak manfaat dari merokok namun saya rasa dari tiga fakta di atas sudah dapat mewakili bahwa tidak semua efek yang ditimbulkan dari merokok itu buruk bagi kesehatan. Namun, semua itu dapat terlaksana dengan baik jika kita dapat mengimbangi dengan menjaga pola makan, olahraga dan gaya hidup yang baik dengan produktif setiap harinya. Karena pada dasarnya segala hal yang dilakukan secara berlebihan melebihi porsi itu  tidak baik termasuk merokok itu sendiri.
Sejatinya, tujuan saya dari menulis artikel ini semata-mata hanya untuk kaum yang sudah terjun dalam dunia perokok-an, untuk kalian yang belum menjadi seorang perokok saya sarankan jangan mencoba karena jika sudah candu sulit rasanya dan harus membutuhkan niat yang kuat supaya dapat berhenti dari kebiasaan merokok.
Tetapi, bagi kalian para kretekus yang sudah terlanjur dan sudah menjadi kebiasaan sehari-hari, cobalah sesekali kalian melinting barangkali cocok dan dapat mengirit pengeluaran kalian.
Karena bagaimanapun juga tingwe merupakan ciri khas dari para pendahulu dan sudah menjadi budaya dalam kehidupan bermasyarakat terutama di negara kita. Bagaimana kawan? masih menganggap tingwe sebagai budaya yang sudah ditelan zaman? Selamat mencoba, jika dirasa cocok jangan berlebihan ya, tetap jaga kesehatan kalian dengan mengimbangi kegiatan yang positif dan makan-makanan yang sehat! :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H