Mohon tunggu...
Hangger Risang Rachmaputra
Hangger Risang Rachmaputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Salam kenal kawan, semoga hal-hal baik selalu menyertai kalian!

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030042

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

"Ngelinting" Gaya Hidup Baru Kawula Muda

10 Maret 2021   09:37 Diperbarui: 10 Maret 2021   09:52 8436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
instagram.com/postembakau

Apa yang pertama kali terlintas di pikiran kalian ketika mendengar kata "linting", dalam Bahasa Jawa sendiri "ngelinting" bisa diartikan sebagai menggulung, namun dalam topik yang akan saya bahas dalam kesempatan kali ini adalah melinting dengan tembakau.

Kata "linting" sendiri sangat identik sekali dengan sebuah kegiatan seseorang yang sedang membuat rokok secara mandiri/manual dengan bahan baku yang terdiri atas: papir/kertas, tembakau sebagai bahan utama dan cengkeh (opsional). Kemudian selanjutnya pada kertas tersebut diberi tembakau dan cengkeh lalu digulung sampai berbentuk tabung dengan bawahnya yang runcing.

Cara tersebut masih tergolong cara lama dan walaupun terlihat sederhana namun butuh perasaan dalam melinting tembakau. Oleh sebab itu, dalam pembuatannya membutuhkan keahlian, jika kalian sudah ahli dalam melinting dan sudah cocok dengan selera tembakaunya niscaya kalian akan merasakan kenikmatan yang hakiki pada setiap hisapannya, bahkan mengalahkan rokok yang sebelumnya kalian beli di warung-warung.

Dewasa ini, karena sudah semakin banyak orang yang menikmati rokok dengan cara melinting, mulai banyak bermunculan toko-toko tembakau yang menjual segala jenis tembakau dan juga alat-alatnya, terutama di kota saya sendiri di Yogyakarta. Ditambah lagi mulai banyak para penikmat rokok pabrikan yang beralih ke rokok lintingan atau yang biasa kita sebut sebagai "tingwe" apasih tingwe itu? tingwe sendiri ternyata berasal dari dua kata Bahasa Jawa yaitu nglinting dewe yang artinya melinting sendiri.

Banyak alasan mengapa mereka para penikmat rokok konvensional berubah haluan ke rokok lintingan, salah satunya yaitu semakin mahalnya harga rokok pabrikan, dari pandangan saya pribadi pun melihat fakta di lapangan rata-rata harga satu bungkus rokok pabrikan berkisar antara 15 ribu rupiah sampai dengan 25 ribu rupiah, itu pun hanya bertahan 2-3 hari saja.

Berbeda dengan jika kita melinting sendiri mungkin bisa bertahan 1-2 minggu dengan harga yang sama. Bisa dibayangkan bukan jika kita membeli di gerai tembakau dengan membawa uang sejumlah 25 ribu rupiah sudah dipastikan dapat membawa pulang papir, cengkeh dan tentunya tembakau mungkin masih ada uang kembalian juga (tergantung jumlah permintaan dan jenis tembakau).

Belakangan ini pun seringkali saya pribadi menjumpai para kawula muda sedang asyik mengerjakan tugasnya maupun hanya sekadar nongkrong bersama kawannya sambil menikmati hisapan demi hisapan rokok yang dibuatnya secara mandiri. Mungkin, alasan awalnya hanya ingin coba-coba dan ikut-ikutan dengan kawan yang sudah lama menyukai tingwe itu sendiri. Namun, lambat laun mungkin mereka merasa cocok lalu meninggalkan rokok konvensional dan beralih ke tingwe.

instagram.com/tokotembakau_rejeki
instagram.com/tokotembakau_rejeki
Seperti alasan yang sudah saya utarakan di atas penghematan pun menjadi alasan yang utama mengapa para kawula muda memilih tingwe, sebuah alasan yang logis, memang kebanyakan dari mereka mungkin belum mempunyai penghasilan yang tetap dan masih harus membagi dengan keperluan-keperluan lain yang dirasa cukup penting terutama bagi para pekerja ataupun mahasiswa yang sedang merantau. 

Kembali ke tingwe, ternyata rokok yang dibuat secara mandiri ini mempunyai kelebihan loh daripada rokok konvensional, kita bisa meracik sendiri dalam pembuatannya sesuai selera dari jenis tembakau misal jika kita menginginkan jenis tembakau yang berat kita bisa menggunakan gayo, darmawangi dan masih banyak lagi jenis lain. 

Namun jika menginginkan tembakau yang ringan dan soft di banyak gerai tembakau juga sudah banyak menyediakan banyak sekali varian rasa buah, jadi tergantung kalian pribadi lebih menyukai yang original atau yang sudah diberikan perasa. 

Selain banyak variannya, dalam proses pembuatannya kita bisa meracik sesuai selera kita baik besar kecilnya ukuran maupun bahan campuran lainnya biasanya banyak sedikitnya cengkeh yang akan dicampur namun, kelemahannya dalam meracik dan membuat lintingan seringkali hasilnya tidak serapi saat kita membeli rokok konvensional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun