Mohon tunggu...
Hangger Risang Rachmaputra
Hangger Risang Rachmaputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Salam kenal kawan, semoga hal-hal baik selalu menyertai kalian!

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030042

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Dua Rivalitas Besar dari Tanah Britania Raya

7 Maret 2021   11:28 Diperbarui: 7 Maret 2021   11:39 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Glory glory Man united,

Glory glory Man united,

Glory glory Man united,

As the reds go marching on on on!"

Pecinta Liga Inggris pasti tahu dong, lirik chant tersebut merupakan milik kesebelasan Setan Merah atau yang lebih dikenal dengan Manchester United. Ya! salah satu klub kaya sejarah yang bermarkas di Old Trafford. Tagar #GGMU pun selalu menghiasi dan menjadi favorit terutama saat menjelang Manchester United berlaga di setiap pekannya baik melalui kanal resmi milik Manchester United maupun akun fans dari The Reds Devils.

Jika diruntut ke belakang, single asli dari lagu ini pertama kali dirilis oleh Manchester United jelang final piala FA di tahun 1983 yang kebetulan berjumpa dengan Brighton & Have Albion. Pada saat itu laga pertama berakhir imbang dengan hasil 2-2. Sehingga, pertandingan diharuskan untuk diulang. 

Pertandingan berikutnya juga diselenggarakan di Stadion Wembley, salah satu dari banyak stadion legendaris di negara Inggris. Di pertandingan kedua, Manchester United berhasil meraih kemenangan dengan skor telak 4-0.

Walaupun lagu ini sangat identik dengan klub yang berjuluk "The Reds Devils" tersebut, tetapi dalam kenyataannya lagu ini lebih dahulu digunakan oleh klub Leeds United dan Tottenham Hotspurs. Jadi, sejatinya dua klub tersebut adalah pencetus sebenarnya dan menjadi inspirasi terciptanya lagu GGMU. 

Fakta ini pun juga baru saya ketahui belum lama ini setelah tidak sengaja menonton di salah satu acara olahraga di televisi, apakah kawan-kawan juga baru mengetahui tentang fakta ini?

Berkaca pada penjelasan di atas, sudah sepatutnya kita sebagai pecinta sepakbola jangan terlalu fanatisme secara berlebihan dalam mendukung klub kesayangan, karena kita tidak lebih hebat dan tidak ada yang paling hebat antara tim satu dengan yang lain terutama dalam hal rivalitas didalamnya.

Foto via gettyimages
Foto via gettyimages
Membahas tim dari liga Inggris tentang rivalitasnya tentunya tidak bisa lepas dari salah satu klub fenomenal asal kota London legendaris. Yaps! betul sekali, klub West Ham United dengan anthem-nya "I'm Forever Blowing Bubbles".  

Walaupun klub ini tidak terlalu mentereng dalam jumlah prestasinya, namun klub ini selalu memberi kejutan dan tiap musimnya selalu menyulitkan big six atau yang lebih dikenal sebagai 6 tim besar top epl (Liga Inggris) yang terdiri atas: Manchester United, Manchester City, Arsenal, Liverpool, Chelsea dan Tottenham Hotspurs.

Sekali pun jarang berada di klasemen atas liga Inggris, loyalitas dan dedikasi suporter West Ham ICF (Inter City Firm) di setiap laganya sudah tidak diragukan lagi. Mereka tetap setia bernyanyi, berteriak (kalau sekarang lagi pandemi jadi #dirumahsaja) di London Stadium, markas besarnya. 

Meskipun kenyatannya klub kesayangannya itu belum pernah mencicipi raihan gelar juara Liga Inggris. Jika membahas mengenai permusuhannya dengan suporter dari Millwall, dua tim ini sebenarnya hanya dipisahkan sejauh 5 mill melewati Sungai Thames. Namun, kedua tim tersebut jarang bersua karena dipisahkan oleh kasta. West Ham United berada di kasta teratas, sebaliknya Millwall berada di satu tingkat di bawahnya. 

Bisa kita bayangkan, menarik bukan? jika di masa depan Millwall mendapat promosi di kasta teratas Liga Inggris dan tiap musimnya dipastikan selalu berjumpa dengan West Ham United. 

Sejatinya rivalitas dua klub yang berasal dari sebelah timur Kota London tersebut dimulai sejak dahulu yaitu berasal dari persaingan para kelas pekerja pembuatan kapal. Millwall yang terdiri dari para pekerja di Isle of Dogs, sementara pesaingnya Thames Ironworks Football Club yang saat ini menjadi West Ham United, unik bukan?

Kedua kesebelasan tersebut pernah berjumpa pada babak kedua Piala Liga Inggris musim 2009/2010. Sudah dapat diprediksi, di akhir laga Millwall Bushwackers, sebutan bagi fans fanatik dari Millwall membuat kerusuhan dengan suporter West Ham United. 

Siapa sih, yang tidak merasa kesal dan kecewa? tim yang mereka bela mati-matian harus mengalami kekalahan 1-3 dengan musuh bebuyutannya, tidak hanya di area stadion kerusuhan juga merembet di luar lapangan. 

Dua klub tersebut terakhir kali bertemu pada Februari 2012, saat keduanya tergabung di divisi Champhionship. Di akhir musim, West Ham United mendapat promosi di kasta Premier League. Nasib berbeda harus diterima Milllwall dengan hanya finish di posisi ke-16 pada musim tersebut .

Jika kalian tertarik dengan cerita perseteruan antar dua elemen suporter ini, kalian bisa menonton dalam Film "Green Street Hooligans". Tidak hanya membahas aspek di dalam lapangan saja. Lebih dari itu, film ini juga menggambarkan kehidupan di luar. Mungkin saya akan membahas film tersebut dilain kesempatan. Karena sejatinya dalam ekosistem sepakbola yang baik, rivalitas di dalamnya pasti akan selalu ada dan kita sebagai penikmat sepakbola tidak bisa menyalahkan hal tersebut.

Tidak ada habisnya jika berbicara mengenai rivalitas dalam sepakbola terutama di wilayah Britania Raya. Oke, mari kita coba terbang ke arah utara dari Kota London menuju daratan Skotlandia. Memang benar dalam faktanya rivalitas yang terjadi di sana tidak melulu didasari aspek soal sepakbola. Banyak aspek yang mendasari mulai dari sosial, budaya, ekonomi bahkan agama pun juga melatarbelakangi rivalitas antara Celtics dan Rangers, dua kesebelasan yang berada di satu kota besar Skotlandia. 

Foto: theconversation.com
Foto: theconversation.com
Yaps... Kota Glasgow, kota yang menjadi rumah bagi dua kekuatan besar di Liga Skotlandia, di kehidupan sehari-hari mungkin sudah menjadi hal yang lumrah orang-orang Glasgow saling sapa dan bersatu, namun hal itu menjadi pengecualian saat terjadi derby yang bertajuk Old Firm. Ya! pada saat Celtics dan Rangers bertempur di lapangan.

Tercatat sejak pertama kali berjumpa pada 1888 sudah lebih dari 400 laga derby tersebut dihelat, untuk urusan trofi publik Rangers patut berbangga hati karena mereka lebih unggul tipis dengan mendapatkan 54 trofi liga, sementara Celtics dengan 51 trofinya.

Old Firm Derby, tiga kata penuh arti bagi publik sepakbola Skotlandia. Ya, aspek agama, politik dan sikap sosial yang dibawa ke dunia sepakbola persaingan antara klub Protestan dengan pendukung Unionis yang mempresentasikan Rangers. Sebaliknya, klub Katolik dengan pendukung Republik dan Nasionalis yang menjadi sikap dan simbol bagi Celtics, untuk selanjutnya oleh para penggemarnya menjadi jati diri dari masing-masing kubu.

Terlepas dari itu, kedua kubu suporter sudah mulai saling mendewasakan diri dengan meminimalisir perbuatan yang dianggap rasis, terbukti dalam setiap laga derbynya kedua suporter tetap bisa bersama di Stadion. Namun, sejarah masa lalunya akan tetap menarik untuk selalu dikulik oleh penikmat sepakbola. Celtics akan tetap hijau dan selalu mengibarkan bendera Irlandia-nya di Celtic Park. Sementara Rangers akan selalu biru dan tetap teguh pendiriannya dengan Kerajaan Inggris Raya. Patut kita tunggu pertemuannya sekitar dua pekan lagi di tanggal  (21/3) di Celtics Park. Nonton dari rumah saja ya kawan, jika ingin nobar jangan lupa protokol kesehatan ok!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun