Dari jendela September yang terbuka waktu terlihat merambat bagai rumput liar di pekarangan rumah. Matahari panas menyengat menempa hati yang semakin berkarat. Dan begitulah keluh kesah muncul selalu dan berkeringat.Â
Lihatlah sajak-sajak lahir dari tanah yang kering meskipun hujan datang tidak lagi sering sama seperti bunga-bunga liar menyeringai mekar. Bening dan hening.
Sepi. Aku masih di sini bersama kesedihan yang muncul tiba-tiba dan kebahagian yang tak pernah rela diterima oleh tangganku yang penuh luka.
Kisah demi kisah berlalu. Kesah dan keluh yang terus berlagu. Ternyata Ada nyanyian yang tak pernah selesai dibawakan sebelum tidur. Nyanyian semasa kecil sebelum malam beranjak jauh. Membawa bulan yang tinggal separuh di ujung tempat tidurku.
Oh, sesungguhnya aku ingin terus hidup merasakan denyut nadi mentari yang tak pernah redup. Tetapi setelah ku tahu mati itu begitu diidamkan oleh para pemabuk aku menjadi bimbang memilih ketiadaan atau sibuk menyelami ketidakpastian.
Handy PranowoÂ
12 September 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H