Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sepi

12 September 2024   15:06 Diperbarui: 12 September 2024   15:13 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari jendela September yang terbuka waktu terlihat merambat bagai rumput liar di pekarangan rumah. Matahari panas menyengat menempa hati yang semakin berkarat. Dan begitulah keluh kesah muncul selalu dan berkeringat. 

Lihatlah sajak-sajak lahir dari tanah yang kering meskipun hujan datang tidak lagi sering sama seperti bunga-bunga liar menyeringai mekar. Bening dan hening.

Sepi. Aku masih di sini bersama kesedihan yang muncul tiba-tiba dan kebahagian yang tak pernah rela diterima oleh tangganku yang penuh luka.

Kisah demi kisah berlalu. Kesah dan keluh yang terus berlagu. Ternyata Ada nyanyian yang tak pernah selesai dibawakan sebelum tidur. Nyanyian semasa kecil sebelum malam beranjak jauh. Membawa bulan yang tinggal separuh di ujung tempat tidurku.

Oh, sesungguhnya aku ingin terus hidup merasakan denyut nadi mentari yang tak pernah redup. Tetapi setelah ku tahu mati itu begitu diidamkan oleh para pemabuk aku menjadi bimbang memilih ketiadaan atau sibuk menyelami ketidakpastian.

Handy Pranowo 

12 September 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun