Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mimpi Ismail

13 Juli 2024   22:44 Diperbarui: 13 Juli 2024   22:55 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tak berselang lama bunyi sirene terdengar dari kejauhan. Semakin lama semakin kencang bunyi sirene tersebut. Dua buah mobil damkar berlari secepat kilat ke arah timur melewati perempatan jalan. Semua kendaraan yang ada di perempatan jalan berhenti sesaat. Setelah mobil damkar selesai melewati perempatan jalan mobil truk pembawa sapi yang paling besar pun muncul dari arah yan berlawanan lalu berhenti di pinggir jalan. Dua orang lelaki turun dari dalam truk langsung menuju ke dalam kandang.

Akhirnya apa yang dinantikan Ismail datang juga seekor sapi jantan berukuran besar nampak di atas truck. Tanduknya besar, matanya besar menatap sekeliling. Badan sapi tersebut hampir sama dengan besarnya bak truk tersebut. Ismail tersenyum girang. Segera dihampirinya truk bermuatan sapi tersebut. Tak sabar ia ingin melihat sapi itu diturunkan.

Sementara di langit membumbung asap tebal berwarna hitam. Terus membesar dan membesar asap hitam tebal itu menutupi sebagian cahaya matahari.  Kembali suara sirene terdengar bersahut-sahutan. Tiga mobil damkar melesat begitu tak tertahankan. 

Supir truk yang mengangkut sapi tadi berkata kepada salah satu lelaki yang berjaga menunggu kandang.

"Saya lihat tadi di jalan ada kebakaran, sepertinya lapak barang bekas di sana itu yang kebakaran."

"Oo, lapak barang bekas dekat pinggir kali itu."

"Iya mungkin, terlihat apinya merah menyala berkobar-kobar dan terlihat orang-orang berhamburan dari dalam. Habis mesti tak tersisa lapak barang bekas itu."

"Dibakar kali, orang dengar-dengar tanah itu mau di beli kok mau dijadikan apartament."

"Entahlah. Mudah-mudahan tidak ada korban jiwa soalnya di sana banyak penghuninya."

Ismail belum beranjak dari tempat ia berdiri di depan truk besar itu menunggu muatannya di turunkan. Sementara asap tebal masih terus mengisi relung langit di pagi hari. Di bawahnya api merah menyala membara. Menyala merah semerah-merahnya. Menjilat-jilat. Berkobar terus berkobar melalap komplek lapak barang bekas hingga tak tersisa.

Handy Pranowo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun