Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Banjir Selesai

16 Mei 2024   01:57 Diperbarui: 16 Mei 2024   01:57 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ada ember lagi mbah".

"Ambil di belakang sana, mas". Pelan-pelan aku berjalan ke arah dapur. Lurus saja. Searah dari pintu utama.

"Lobang wc dan saluran pembungan air sudah di tutup mbah".

"Sudah semua".

"Lah, air ini datang dari mana mbah".

"Rembes dari lantai ubin".

Musim hujan tahun ini memang aneh tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. El Nino katanya. Hampir di seluruh dunia mengalami perubahan cuaca yang ekstrim. Tetapi mau ekstrim kek, es krim kek. Berpuluh-puluh tahun lamanya pemukiman ini sudah menjadi langganan banjir kok. Sebenarnya kami yang tinggal sudah pasrah dan menerima saja. Dan memang seharusnya begitu buat orang-orang kelas bawah.

"Mbah, istirahat dulu sana." sahutku setelah melihat dirinya nampak letih setelah hampir setengah jam menguras air dari dalam rumahnya. Nafasnya sesekali tersenggal. Butir-butir keringat bagai biji-biji anggur mengalir dari keningnya yang berkerut. Wajahnya sedikit pucat. Beruntung tempat tidurnya masih aman tidak sampai terendam bisa untuk mbah Pardi rebahan sejenak.

Sedikit demi sedikit air di jalan mulai surut. Bocah-bocah kecil yang tadi berenang sudah tidak nampak lagi. Satu-persatu warga mulai berani keluar rumah untuk beraktifitas kembali. Sisa banjir tadi meninggalkan endapan lumpur, pejalan kaki mesti hati-hati. Tetangga depan rumah langsung sigap beraksi memungut sampah-sampah plastik yang menutupi saluran air.

Hujan telah sepenuhnya reda. Awan mendung menjauh perlahan bagai membuka langit yang baru lebih cerah. Dari dalam rumah mbah Pardi mengayun lembut aroma kopi yang baru saja di seduh. Tak berselang lama mbah Pardi keluar membawa dua cangkir kopi panas.

"Waduh mbah, pakai repot-repot segala".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun