Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terserah Tuhan Saja

4 Mei 2024   18:25 Diperbarui: 4 Mei 2024   18:28 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ia datangi matahari ketika cahayanya meredup. 

Wajahnya yang murung di lipatnya ke dalam kerudung.

Ia tak mau seorang pun tahu. Segala dendam. Segala rindu yang bertalu-talu terkurung.

Ia berencana menguburkan dirinya di sana. Telanjang dan tenggelam bersama matahari senja.

Gadis remaja itu lama terdiam untuk beberapa saat di depan matahari yang muram.

Di panggilnya angin, di panggilnya burung-burung yang tengah pulang.

Di ceritakan niatnya. Di kisahkan sedihnya. Di lampiaskan amarah di dadanya.

Angin dan burung tak banyak bicara selain terus menyeka air mata.

Ada lebam di selangkangannya. Ada desah miris bergetar telinga.

Wajah ayah dan pamannya berputar-putar di bola matanya.

Harimau buas tak pernah memangsa anaknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun