Ia datangi matahari ketika cahayanya meredup.Â
Wajahnya yang murung di lipatnya ke dalam kerudung.
Ia tak mau seorang pun tahu. Segala dendam. Segala rindu yang bertalu-talu terkurung.
Ia berencana menguburkan dirinya di sana. Telanjang dan tenggelam bersama matahari senja.
Gadis remaja itu lama terdiam untuk beberapa saat di depan matahari yang muram.
Di panggilnya angin, di panggilnya burung-burung yang tengah pulang.
Di ceritakan niatnya. Di kisahkan sedihnya. Di lampiaskan amarah di dadanya.
Angin dan burung tak banyak bicara selain terus menyeka air mata.
Ada lebam di selangkangannya. Ada desah miris bergetar telinga.
Wajah ayah dan pamannya berputar-putar di bola matanya.
Harimau buas tak pernah memangsa anaknya.Â
Anak manusia senang menjilati dosa.
Di balik sunyi cahaya matahari. Di balik rasa putus asanya semakin menjadi.
Tuhan datang bersama ribuan malaikat. Mengangkat tubuh gadis itu perlahan-lahan.
Tak lama langit gelap. Ribuang bintang urung menampakan wajahnya.
Gerimis lembut jatuh mendera kehampaan semesta.
Handy Pranowo
04 Mei 2024