Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Serbuan Anjing

16 Januari 2024   16:05 Diperbarui: 16 Januari 2024   16:26 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seketika bulu kudukku berdiri saat mendengar anjing-anjing itu melolong di kejauhan. Seperti suara jerit kesakitan yang teramat perih. Pedih. Penuh dendam. Lolongan anjing-anjing itu bagai menyayat batinku. Hampir setengah jam aku sembunyi di dalam gorong-gorong air menghindari terkaman kawanan anjing-anjing liar.

Tetapi entah kenapa tiba-tiba timbul rasa penasaran di dalam hatiku. Ingin mengetahui kemana perginya semua anjing-anjing itu. Dengan hati yang penasaran pelan-pelan aku beranikan diri keluar setelah ku amati kalau di sekeliling ku aman. Di kejauhan aku lihat sebuah sepeda ontel bersandar di pohon besar dekat taman tak jauh dari halte.

Aku berpikir bagaimana caranya aku bisa mendapatkan sepeda tersebut. Ku berjalan mengendap-endap ke arah taman. Ku perhatikan tak ada satu pun orang terlihat. Lalu dengan cepat ku kayuh sepeda tua berwarna hitam yang entah punya siapa di tinggalkan di taman. Ku cari kemana perginya sebagian anjing-anjing tersebut. Tak lama gerimis pun turun.

Ku arahkan tujuan pencarianku di sepanjang jalan menuju tempatku bekerja. Astaga benar saja. Warung-warung tenda sepanjang jalan itu hancur berantakan seperti kena badai angin topan. Aku yakin anjing-anjing itu yang melakukan ini semua terlihat bekas gigitan dan cakaran di mana-mana.

Ku berhenti sejenak, ku periksa satu-persatu tenda-tenda yang rubuh itu takut-takut ada korban manusia yang tertimpa tiang-tiang tenda atau di gigit anjing-anjing sialan itu. Nihil. Tidak ada korban. Hanya saja barang-barang seperti tas, handphone dan sepatu banyak tertinggal di tempat yang berantakan ini. Kebayang orang-orang yang ada di sini pasti lari pontang-panting di puluhan anjing. Tetapi kemana mereka semua. Di manakah mereka sembunyi.

Ku kayuh kembali sepeda ontel hitam ini ke arah jalan menuju gereja dan ternyata ku lihat beberapa dari anjing-anjing tersebut ada di dalam sana. Mereka tengah mengacak-acak bangku panjang dan mimbar pendeta. Patung-patung Yesus dan lukisan Bunda Maria berserakkan di lantai gereja. Lalu ku kayuh kembali sepedaku ke arah toko obat yang berdiri dekat sudut jalan.

Di dalam toko obat tersebut ku lihat anjing-anjing itu beringas mengobrak-abrik etalase-etalase obat. Mereka melolong. Botol-botol obat berjatuhan ke lantai. Pecah berantakan. Isinya mengalir kemana-mana. Mereka menggigit dan menarik-narik apapun yang di temukan di dalam toko obat tersebut. Toko obat hancur berantakan.

Ya ampun ternyata ada lagi truk besar yang sama persis ku lihat di depan halte tadi. Truk besar yang mengangkut ratusan anjing-anjing. Truk itu berhenti di perempatan jalan menuju ke arah pertokoan besar. Ku perhatikan pintu belakang truk itu telah terbuka dan tak ada satu ekor pun anjing yang berada di sana.

Ku kayuh lagi pedal sepeda ini ke arah gedung pertokoan dan benar saja ratusan anjing-anjing liar itu berada di dalamnya. Mereka berhasil membobol pintu pagar dan rolling door Mall. Kemana seluruh satpam mall tidak adakah perlawanan dari mereka. Sebagian anjing-anjing tersebut terlihat saling berebut menarik baju dan celana yang di dapat dari dalam Mall. Aroma daging hangus terbakar merebak di mana-mana. 

Dari balik kaca Mall ku lihat anjing-anjing itu masuk ke dalam dapur restoran cepat saji. Mereka sibuk kesana kemari ada yang memakai apron dan topi koki. Nampak kompor-kompor dapur tersebut menyala. Mau apa anjing-anjing sialan itu. Bikin hamburger? Goreng kentang?

Layar televisi yang ada di pos satpam menayangkan berita ratusan anjing-anjing yang tiba-tiba menyerang ibu kota. Anjing-anjing tersebut masuk ke dalam pasar, membuat onar, mengacak-acak sayur-sayuran dan mengusir semua para pedagang yang ada di pasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun