Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aminah

19 November 2022   14:24 Diperbarui: 19 November 2022   14:35 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelaki yang di kenal preman kampung itu berambut ikal panjang dengan gelang bahar melingkar di tangan kanan. Dan hampir seluruh jari-jarinya di ikat batu akik berukuran besar. Lelaki itu terkenal buas dan di takuti di seluruh kawasan pabrik. Mereka biasa memanggil "bang jago". Jagoan kampung yang tengik dan bloon.

Lelaki itu juga yang sering datang bersama kawan-kawannya di awal bulan untuk mengutip uang dari para pedagang yang biasa mangkal setiap sore di sepanjang jalan depan pabrik dan pergudangan. Mereka biasa seenaknya makan tanpa bayar di warung penjual makanan. Mereka yang suka comat-comot ambil dagangan orang. Entah dari rahim wanita seperti apa yang melahirkan mereka.

Dan anehnya mereka selalu bilang ini semua demi keamanan dan ketertiban. Maaf-maaf saja, bahkan aparat penegak hukum setempat pun tak berani melawan. Bisik-bisik dari para pedagang pun terdengar tanpa malu-malu bahwasanya mulut para aparat pun di bungkam dan di sumpal oleh kejahatan mereka.

"Aminah mau apa, nanti saya belikan. Lihat baju yang kamu pakai. Sudah tidak layak. Masa dari kemarin saya lihat baju itu itu saja yang melekat di tubuh mulusmu itu". Lelaki itu mencolek lengan Aminah yang kanan. Aminah pun mundur dua langkah ke belakang.

"Di lemarinya punya selusin kali bang" celetuk temannya yang kerempeng yang penuh tato di kedua tangannya di barengi tawa cekikikan. Bau aroma arak murahan keluar dari mulut mereka. Membaur mengotori udara.

"Kamu mandi nggak sih Aminah". Lelaki bertubuh besar itu terus merayu sambil menjulurkan hidungnya ke belakang pundak perempuan penjual kopi keliling yang tengah sibuk melayani pembeli.

Meski saat itu di sana keadaan ramai orang namun tidak ada satu pun yang berani menegur atas tindakan kriminalnya. Menegur berarti hancur. Hancur lebur. Tak perduli siapapun semua akan di lawan. Biasanya bila lelaki tersebut sedang kumat dan iblis di atas ubun-ubun kepalanya tengah menari akrobat. Dengan santai sebilah samurai ia tenteng sambil berjalan.

Semua orang akan berusaha menghindar dan tak ingin berurusan dengannya. Semua orang tahu ia mempunyai ilmu kebal. Semua orang juga tahu ia senang main perempuan. 

Dan yang jelas semua orang tahu ia mempunyai bekingan yang kuat. Percuma lapor aparat keamanan setempat dua tiga hari di kantor kepolisian setelah itu mereka bebas dan berulah kembali.

Semua orang tahu mereka suka menteror para pedagang yang tidak bayar iuran. Mereka yang cuma mengaku-ngaku menjaga kemanan dan ketertiban di masyarakat namun nyatanya sering berbuat onar.

Entah kenapa gerombolan preman semacam itu yang tidak berfaedah bagi masyarakat tidak bisa di musnahkan. Apakah mesti memanggil Iron Man dan Black Adam dari negeri Paman Sam agar masyarakat aman dari kejahatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun