Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hampa

11 April 2022   20:31 Diperbarui: 11 April 2022   20:33 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku menunggumu di sebuah waktu. Waktu yang terasa pahit menyerang lidahku.

Lidah yang selalu mengatakan rindu untuk malam-malam yang larut biru datang dari jauh.

Sementara bulan rusuh di sudut gelap di atas dedaunan tua yang sebentar lagi jatuh.

Cahayanya tidak lagi terbentuk melainkan pudar berserakan di dadaku yang penuh menyimpan cemas dan pilu.

Semua kata-kata telah beku tidak lagi mencair seperti dulu.

Aku akan pulang lebih dulu sebelum senja tenggelam, sebelum segala resah menaiki pundakku lalu menikam.

Rasanya merebahkan diri dan membiarkan segalanya terjadi itu lebih baik dari pada harus berkutat dengan sisa-sisa nafas di dada menahan sakit.

Puisi-puisiku menanti di kubur sama halnya dengan umur.

Kau tak usah lagi datang berkunjung telah ku kemas segala penyesalan ku masukkan ke dalam karung.

Akan ku larung, ku bawa ia serta menuju sebuah musim di mana segala sesuatu tersimpan di balik embun.

Handy Pranowo

11April2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun