Tak ada waktu lagi, February ini akan segera berakhir dan jangan pernah mencintai January apalagi mengirimkannya lagi sebuah puisi.
Sebab Maret segera datang dengan tangis mendung yang ia di peram untuk April yang katanya merindukan sebuah perjumpaan masa silam.Â
Oh Mei di mana kamu apakah engkau setabah Juni di musim hujan milik Sapardi.
Sedang July memasuki kerinduan yang kering bersama Agustus yang telah lama menunggu di kunjungi oleh sunyi angin yang dingin.
Sementara bait-bait sajak September merubungi langit yang getir.
Dan Oktober penuh tragedi, penuh air mata yang mengalir dan kata-kata bijak kerap lahir setelah cinta dan rindu berakhir.
Maka seperti apakah November masihkah ia tenggelam bersama hujan harapan sambil merawat mawar-mawar merah bermekaran.
Diam-diam Desember datang memetik mawar merah itu untuk di bawa ke perayaan tahun baru bersama kekasihnya yang malu-malu dan di penghujung tahun mereka saling berpelukan dan berdoa semoga tahun depan masih bisa bertemu.
Handy Pranowo
28022022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H