Ibu kucing yang meriang meninggalkan tiga anaknya di pinggir comberan.
Ia berjalan gontai menyeberangi jalan dengan perut kosong dan hati penuh bimbang.
Mendung yang sumringah menaburkan rintik-rintik air ke tubuhnya yang kurus kelaparan.
Di depan sebuah warung makan pinggir jalan ia berhenti, matanya menatap ke sana kemari.
Hidungnya mencium aroma makanan entah akan di beri sang pemilik warung atau ia akan mencuri diam-diam.
Ibu kucing yang meriang tertunduk lesu, entah berdoa entah apa di kibaskan ekornya penuh debu dan sial.
Rintik-rintik air terus berdatangan menyuruh orang-orang di jalan cepat pulang.
Ibu kucing mengerang lalu pelan-pelan masuk ke rumah makan.
Sesampainya di dalam ibu kucing di sambut dengan kepala ikan yang di jatuhkan seseorang.
Buru-buru di raihnya lalu ia bergegas menjumpai tiga anaknya yang tadi di tinggalkan.
Kembali ia menyeberangi jalan di laluinya hujan dan kendaraan yang lewat.
Tiba-tiba seseorang dari seberang jalan berteriak, "awas".
Ibu kucing yang meriang seketika tergelepar, tubuhnya yang kurus menahan sakit akan benturan.
Hujan belum berhenti namun waktu baginya sudah tidak ada lagi.
Di rasakan tubuhnya semakin ringan, matanya berkunang-kunang.
Segera Tuhan meraihnya ke dalam pelukan.
Dan tiga anaknya tak pernah tahu kenapa ibunya tak lagi datang.
Handy Pranowo
25022022