Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Untuk Sonya di Rotterdam

17 Februari 2022   16:41 Diperbarui: 17 Februari 2022   18:42 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pukul enam pagi waktu negeri kincir angin.

Kapalku dengan tenang memasuki kanal menuju dermaga kotamu.

Dua ekor angsa putih seperti menyambut kedatangan kapal yang megah ini, lembut dan khusyuk.

Aku menunggu sebuah perjumpaan, riang dan senyum di tengah dingin yang bening.

 

Seandainya saja engkau bisa memeluk hatiku yang beku dengan senang hati ku terima penuh haru.

Ku bayangkan tubuhmu hangat bagai terumbu karang di kedalaman laut.

Dan masih tersimpan wangi parfummu di dalam paru-paru seketika ia tumbuh menjadi benih rindu.

Rambutmu pirang seperti warna fajar menyembul di langit, menyentuh kalbu.

Sonya, apakah kau akan datang menyambutku di Rotterdam bersama bunga-bunga Tulip berwarna ungu.

Kapal pun telah bersandar nampak camar-camar terbang melintas di tengah kabut.

Angin dingin menggetarkan tubuhku namun tidak bibirku ia terus memanggil-manggil namamu.

Oh Sonya bibirmu yang mirip keju itu apakah akan lumer ke dalam mulutku.

Dan akhirnya di luar dermaga kita bertemu, uluran tangan dan pelukan hangat segera menyatu.

Ke sebuah cafe tak jauh dari dermaga kita pesan secangkir kopi dan roti, senyummu renyah ku nikmati.

Engkau bertanya tentang perjalananku dengan bahasa Inggris yang terasa kaku.

Ah perduli dengan bahasa toh nyatanya hati telah bertaut tanpa kata-kata.

Matahari naik perlahan di jalan menuju dermaga sepeda-sepeda saling seliweran, kring-kring.

Kita saling menatap satu sama lain, tak bergeming.

Aku tenggelam ke dalam jantungmu, matamu mengisyaratkan sesuatu.

Sebuah catatan kecil kamu berikan kepadaku di sana tertuliskan "I Love You"

Ah, Rotterdam entah kapan lagi aku bisa datang sepertinya tak akan mungkin terulang.

Kali ini sebelum perpisahan tubuh kita berpelukan begitu lama seperti waktu berhenti dan angin diam.

Parfummu menyeruak lagi ke dalam paru-paru, apakah ini yang di namakan rindu.

Setelah ini aku akan menjelajah Atlantik, oh Sonya wajahmu yang cantik membeku di ingatanku.

Handy Pranowo

17022022

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun