Lupa tidur, lupa makan dan aku sibuk di depan cermin melihat tubuhku meliak-liuk menghapalkan gerakan.
Waktu istirahat adalah waktu di mana aku sering termenung membayangkan seorang penyanyi tanpa penari latar.
Seperti seorang satpam sendirian di gardu pos menyanyikan lagu dangdut dari speaker bluetooth keluaran anyar.
Dan aku menikmati tarian hidupku, seiring waktu telah menciptakan perasaan hangat meski kelu.
Kostum-kostum panggung semarak penuh warna meski terkadang harus telanjang menyembulkan dada.
Namun semua itu telah membuatku jatuh cinta kepada hidupku dan memberi arti kenyataan yang sebenarnya.
Aku membayangkan akan terus menari di sini di atas panggung dunia yang sudah pasti akan berakhir.
Ku lepaskan gelisah, ku biarkan tubuhku menari bersama dengan irama jam dan hari yang terus berlalu.
Peluhku deras bercucuran toh kamu pun tak akan mau perduli perihal rindu dan kesepian.
Kamu hanya melihat bagian tubuhku yang lain dengan gerakan yang romantis dan enerjik.
Cobalah bayangkan bila kau menjadi diriku dan menari di belakang, apakah engkau akan tersenyum atau terdiam?