Akan ku bunyikan peluit panjang selama pengembaraanku.
Sebagaimana dulu aku hadir di dalam hidupmu.
Tepung beras, daun pandan, manisnya gula jawa di dalam rongga buluh bambu.
Hangat di kukus melelehkan ingatanmu pada waktu dan jarak yang jauh.
Hiruplah aroma tubuhku, gula jawa dan wangi pandan telah menyatu.
Parutan kelapa di sekujur tubuh, masih adakah yang tersisa dari segala kenangan tentang diriku.
Muncrat, manis meresap di dalam mulut.
Gigitan pertama mesti menggoda rasamu.
Namun perubahan jaman membuatku terasa asing.
Ketika kamu tak lagi ingin menjumpai diriku selain kepada toko-toko bakery yang berisi kismis dan keju.
Tetapi aku cukup bertahan meski tubuhku kini tak lagi benar-benar murni sebab banyak bahan makanan di impor dari luar negeri.
Aku hanya hidangan yang tertulis di serat Centini dan kalian hampir tak mengerti bisa jadi itu bukan aku melainkan nama seorang Bali.
Tetapi biarkanlah sejarah merunut keberadaanku aku yakin kamu tak perduli soal itu.
Sebab bila manis dan empuknya tepung beras yang di kukus lenyap.
Engkau mesti akan mencariku, menunggu kehadiranku berbunyi.
Dan aku akan masuk ke dalam gang-gang sempit rumahmu bahkan ke dalam tidurmu yang nyenyak.
Handy Pranowo
07012022
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H