Hujan telah membuat dirimu lupa pada kemarau yang setia menemanimu berdoa hingga meneteskan air mata.
Hujan telah menghanyutkan pikiranmu hingga jauh dan jauh bahkan entah di mana akan berlabuh.
Hujan telah mengelabui akal sehatmu sampai dirimu tak sadar di percikan mantra olehnya.
Engkau tak mampu lagi melihat kenyataan yang sebenarnya, tak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang benar.
Segalanya samar-samar. Buyar. Ambyar. Di hantam halilintar.
Engkau tergila-gila bahkan nafsu membabi buta kerap mengatakan bahwa hanyalah hujan yang mencipta ribuan kenang.
Yang mengalir di kaca jendela, di jalanan lengang.
Di malam yang genting saat asyik berdua bersama kekasih pujaan bahkan saat sore menjelang pulang.
Begitu berartinya hujan di dalam hidupmu hingga ribuan puisi kau ciptakan demi dirinya yang kau anggap istimewa.