"Tapi aku mau baju itu bu, biar aku pamerkan nanti sore kepada ayah, akulah superhero itu".
Dengan tenang datangi pedagang tersebut sambil berbisik-bisik lembut, meredakan tangisku, orang-orang ramai memperhatikan kami berdua entah mengapa, apakah ada yang salah?
Aku hanya meminta baju Batman, aku yakin pantas buatku main, aku tahu ibu pasti membelikannya untukku. Ia sayang kepadaku melebihi apapun itu.
"Dengarlah ibu anakmu memanggilmu, lihatlah kostum ini semakin nampak lucu ku kenakan hari ini"
"Aku ingin menghiburmu, jangan pindah ke chanel lain isinya hanya gosip melulu".
"Ibu ingin lihatkan Batman bermain gitar, Batman berputar-putar".
"Ibu bangunlah, televisi ibu masih menyala".
Dalam kebingungan aku menangis, ia tak lagi bangun, tertidurpulas tanpa mendengkur. Ia tak butuh superhero, ia tak butuh apapun dari anaknya yang angkuh ini.
Ia hanya ingin tenang melanjutkan perjalanan ke sebuah tempat yang jauh yang tak mungkin ku rengkuh.
"Dengarlah nak, simpan kisahmu itu sebab telah ku simpan pula hidupmu yang dulu, tangisan dan deritamu, tak ada yang membebani hatiku tak sedikitpun aku meminta kepadamu dan Tuhan tahu soal itu."
Handy Pranowo