Televisi di kamar ibu masih menyala, ku tengok ia tengah tertidur pulas. Mungkin letih atau bisa jadi acara televisinya yang tidak menarik lagi.
Pelan-pelan aku menyelinap ke kamarnya lalu masuk ke dalam televisi itu. Aku berusaha menjadi laki-laki yang lucu, menjadi aktor, mencoba menghibur.
Dari kekosongan hati dari kesunyian di dadanya yang melebihi ruang ini.
"Ibu ini aku, anakmu, bangunlah ibu lihat aku menari, dengar aku bernyanyi".
"Tengoklah ibu, anakmu memakai kostum Batman, kostum yang dulu pernah ibu belikan di emperan toko di pasar".
Aku jadi teringat hari itu, umurku genap lima tahun.
Ibu terpaksa membawa aku ke pasar karena aku menangis tak ingin di tinggal.Â
"Jangan ikut nak, tunggu di rumah saja sama bibi, sebentar ibu pulang ibu cuma membeli benang".
Tangisku semakin kencang dan barangkali dengan perasaan kesal ibu akhirnya mengajakku. Tangan dan senyumnya mengembang menggandeng aku berjalan.