Aku pernah merasakan di atas panggung diam berdiri dan gemetar, celanaku melorot ke dengkul untung tidak kencing di celana. Â Aku tidak membawa salin kostumku badut yang lupa tertawa.
Tak lama lelaki dan perempuan itu berteriak menyapa lalu bertanya perihal kabar pengunjung serta berapa jumlah kematian di masa wabah corona, apakah naik apakah turun.
Sementara angin terus-terusan datang menjatuhkan daun-daun kering di atas rerumputan kali ini ia berniat menjatuhkan burung-burung yang tertidur di cabang-cabang pepohonan.
Artisnya mana tanyaku kepada perempuan yang sedari tadi tekun berdiri menunggu sebuah pertunjukan datang di mulai.
"Bolehkah aku merokok, pesan minuman dingin dan berkenalan dengan salah satu perempuan yang sedari tadi lewat lalu lalang membawa aroma wangi yang pusing di badan". Kataku kesal.
Perempuan yang tadi memeluk tanganku tiba-tiba berbalik arah lalu menatap tajam ke wajahku.
"Kalau mau merokok sana menjauh sekalian bawa minuman dinginmu dan kalau mau berkenalan dengan perempuan lain kamu tahu kan di mana alamat mengantarkanku pulang ke rumah orangtuaku"
Aku terdiam, aku berharap menonton dangdut koplo saat ini, perempuan-perempuan seksi menyanyi dan menari.
Lamunanku di kagetkan suara gitar berbunyi, suara drum menimpali dan dari kejauhan seorang perempuan berlari kecil menaiki panggung sedikit hati-hati.
Rambutnya lurus tergerai sebahu, rasa-rasanya pernah lihat dan kenal waktu tinggal di Bandung. Tak lama ia meniupkan Flute dan bernyanyi.
"Oh secret admirer, when you're around the autumn feels like summer"