Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan yang Menyimpan Rahasia 2

5 Desember 2021   11:44 Diperbarui: 5 Desember 2021   12:02 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. Perempuan yang menyimpan rahasia 2/pixabay.com

Sebagai perempuan aku telah gagal. Aku di bunuh ketidakberdayaan.

Di bunuh ketakutan-ketakutan yang mengejarku sepanjang siang sepanjang malam. Kecemasan-kecemasan yang menghantui tidurku, mimpi-mimpiku yang basah terlentang kedinginan.

Oh Ilahi hidup yang indah seketika berubah menjadi badai penderitaan yang tak pernah selesai. Mimpi dan harapan menjadi puing-puing di sapu angin kemana entah berterbangan.

Bunga-bunga layu di halaman pekarangan. Rasanya diriku tak percaya sedemikian nekatnya bertindak serampangan. Hanya karena cinta menelanjangi pikiranku hingga tak dapat lagi mendengar teriakan peringatan Tuhan.

Aku pernah berlari menghindari rasa takut. Tetapi dunia rasanya terlalu sempit. Bahkan telah ku tikam beribu-beribu sesal yang terus menjerit. Hingga akhirnya aku berpikir menuntaskan hidup yang rasanya semakin rumit.

Tuhan kamu di mana? Apakah kamu masih menyimpan kegelisahanku di malam pertama aku di nina bobokan.

Oleh dongeng-dongeng keindahan masa depan yang sempurna bagai keajaiban. Lalu ku biarkan keringatku jatuh bersama nafasku yang menderu sebab cinta begitu menggebu.

Tuhan kamu di mana? Apakah kamu masih mendengar gumam doa-doaku yang patah arang ketika harus ku relakan buah cintaku di sebuah malam.

Ku biarkan ia tandas mengalir dalam lubang penyesalan menuju sebuah gerimis air mata yang panjang. Dan ku pertanyakan padanya bahwa sampai kapan ini akan berakhir dan di manakah perahu cinta itu di tambatkan.

Aku ingin segera berlayar, aku ingin mengapung, aku ingin tenggelam bersama hidupmu meski dosa-dosa itu tak akan mudah di hapuskan.

Namun angin mengusik ingatanku pada sebuah kemalangan yang panjang. Di ujung jalan remang-remang tanpa sebuah penantian yang kunjung datang.

Aku mendera hujan dengan payung hitam kebuntuan. Di bulan Desember tahun ini begitu banyak cerita yang harus aku buang. Segera mungkin aku ingin semua ini selesai tak ada lagi yang mesti di perjuangkan.  

Aku ingin cepat terbang menemui anak-anakku yang tanpa kaki dan lengan dalam pelukan Tuhan. Dan dengan air mata yang tersisa aku akan merengek-rengek kepadaNya.

Aku ingin menimang-nimang tubuh mungilnya, aku ingin menyusuinya. Sambil aku dendangkan nina bobo pertama yang dulu pernah ia lakukan kepadaku di malam penuh keajaiban.

Merenda debur gelombang di tengah badai lautan. Penyesalan demi penyesalan lahir dan mati kemudian. Hingga keabadian adalah sebuah pilihan.

Handy Pranowo

05122021

https://www.kompasiana.com/handypranowo/61a729cd75ead643f1245af3/perempuan-yang-menyimpan-rahasia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun