Semeru yang anggun mengaum ganas.
Memuntahkan awan panas menggulung rumah-rumah penduduk.
Debu-debu vulkanik meluncur turun seperti lepas dari kurung.
Ya Allah inikah pesta menjelang akhir tahun atau amarah gunung yang tak sempat di bendungÂ
atau ketidakpekaan diri memaknai gejolak alam yang kian murung.
Mereka panik, kita panik, semua panik namun gunung tetaplah gunung sewajarnya pasti meletus.
Antara sadar dan tidak sadar.Â
Protes alam selalu tanpa membunyikan alarm.
Kejutan besar sulit di halau, tubuh gemetar tangis pun menggelegar.
Kepasrahan bagi manusia adalah jalan keluar namun secara akal manusia dapat pula sadar.
Dari dulu Semeru tak pernah berpindah tempat, ia tawadhu dan menetap.
Apakah ia berdosa atas perbuatannya?.
Sedang manusia terus gencar merusak dan kerap lupa atas kodratnya.
Kini doa-doa berhamburan keluar dari mulut-mulut yang gentar.
Menembus awan panas menuju langit yang hitam.
Semoga saudara-saudara kita terselamatkan dari bencana alam.
Terus mengingat dan istighfar.
Semoga Semeru kembali tenang dalam tafakurnya yang panjang.
Handy Pranowo
05122021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H