Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan yang Menyimpan Rahasia

1 Desember 2021   14:52 Diperbarui: 1 Desember 2021   15:31 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamu sembunyi di mana, lampu kamarmu masih menyala. Buku-buku yang urung di baca tergeletak tanpa bisa bicara.

Bantal dan selimut di acak-acak amarah. Bahasa cinta di meja rias di poles bedak dan lipstick merah.

Di depan cermin yang terbuka ku lihat bayanganmu menyapa. "Apa kabar perempuan yang menyimpan rahasia?"

Adakah hari-harimu menyimpan duka. Serpihan-serpihan luka dari sebuah peristiwa selalu muncul tak terduga.

Badai gelombang dalam pelayaran selalu datang tanpa aba-aba. Dan kita berusaha keluar dari bencana.

Tetapi sekarang kamu di mana? Tiba-tiba saja jejakmu tidak ada. Aroma tubuhmu lenyap seketika.

Dirimu bagai di telan waktu, wus.. hilang.

Langit malam nampak tenang, setengah mendung setengah telanjang. Bintang-bintang terjerembab di balik awan.

Lampu temaram di sudut jalan menggenggam keheningan. Bayanganmu pudar di kegelapan.

Kamu terbaring di mana. Kasurmu penuh darah.

Mimpi-mimpi kotor di keranjang cucian belum juga di rendam. Kamu mesti pula berdandan menyambut kehangatan yang datang.

Lelaki terakhir yang kemarin membawa hadiah kembali menemui diam-diam.  Laki-laki memang suka memberi kejutan namun kali ia nampak lain dari yang lain.

Ia terlihat alim meski juga bukan pendiam. Yang pasti ia tidak turun dari bukit Sinai atau keluar dari gua di gurun pasir tempat bersarangnya ular.

Ia hanya lelaki yang datang dari keramaian-keramaian pasar malam yang tumbuh di kota-kota besar.

Lelaki yang melesat dari kemacetan-kemacetan jalan dan terbaring di antara bunyi-bunyi klakson yang nyaring.

Kamu mengenalnya dari percakapan singkat di media sosial. Bukankah itu cukup untuk melanjutkan ke tema yang lain seperti bercinta setelah makan siang.

Ah, sungguh sebuah keberuntungan.

Namun kini kamu ada di mana. Kenapa pintu kamarmu terbuka dan orang-orang banyak berkerumun.

Mulut mereka tertutup, diam-diam kasak-kusuk. Seperti sesuatu yang sangat rahasia, entah apa yang mereka duga entah apa yang mereka sangka.

Sebuah kantung berwarna oranye keluar tergesa-gesa dari dalam kamarmu yang terbuka. Orang-orang menutup hidung ada juga yang meludah.

Tak lama ambulan pergi meraung-raung. Setelah itu semua bubar, masing-masing membawa pertanyaan-pertanyaan yang belum selesai.

Sebuah pisau lipat di temukan tergeletak lunglai.

Lelaki itu gagal memberikan kejutan dan entah di mana dirimu sekarang. Wahai perempuan yang menyimpan rahasia, engkau menjadi kunci titik terang.

Handy Pranowo

1122021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun