Kamu terbaring di mana. Kasurmu penuh darah.
Mimpi-mimpi kotor di keranjang cucian belum juga di rendam. Kamu mesti pula berdandan menyambut kehangatan yang datang.
Lelaki terakhir yang kemarin membawa hadiah kembali menemui diam-diam. Â Laki-laki memang suka memberi kejutan namun kali ia nampak lain dari yang lain.
Ia terlihat alim meski juga bukan pendiam. Yang pasti ia tidak turun dari bukit Sinai atau keluar dari gua di gurun pasir tempat bersarangnya ular.
Ia hanya lelaki yang datang dari keramaian-keramaian pasar malam yang tumbuh di kota-kota besar.
Lelaki yang melesat dari kemacetan-kemacetan jalan dan terbaring di antara bunyi-bunyi klakson yang nyaring.
Kamu mengenalnya dari percakapan singkat di media sosial. Bukankah itu cukup untuk melanjutkan ke tema yang lain seperti bercinta setelah makan siang.
Ah, sungguh sebuah keberuntungan.
Namun kini kamu ada di mana. Kenapa pintu kamarmu terbuka dan orang-orang banyak berkerumun.
Mulut mereka tertutup, diam-diam kasak-kusuk. Seperti sesuatu yang sangat rahasia, entah apa yang mereka duga entah apa yang mereka sangka.
Sebuah kantung berwarna oranye keluar tergesa-gesa dari dalam kamarmu yang terbuka. Orang-orang menutup hidung ada juga yang meludah.