Di atas langit ada langit dan Tuhan tidak bermukim di sana, Tuhan hanya ada di dalam hati hambanya yang selalu sujud merendah.
Sementara di atas langit yang luas itu hanya di penuhi bintang-bintang gemerlapan yang sekejap terang lalu hancur meledak.
Di atas langit ada langit dan Tuhan tidak di temukan di sana, Tuhan bersemayam di dalam hati anak-anak yatim yang merindukan kasih sayang sementara di atas langit yang tak terjamah itu penuh dengan doa-doa orang-orang munafik.
Bumi tempat kalian berpijak jadikan pelajaran bukan tempatnya kesombongan.Â
Manusia tidak di ciptakan untuk menjadi bebal dan kekal, manusia di ciptakan untuk saling mengenal dan berjabat tangan.Â
Kehidupan dan kematian menyertainya adalah bagian rencanaNya.
Tuhan tak pernah membeda-bedakan asal usul kalian di dalam pandangan mataNya semua sama yang membuat berbeda adalah akhlak serta ibadahnya manusia.
Nabi-nabi terdahulu telah mengajarinya, mereka sebagai utusan dan juga guru dalam setiap derap langkahmu.
Amarah dan nafsu adalah sia-sia, kesombongan adalah celaka terbesar yang menjauhkan dirimu dari nikmat surga.
Maka ingatlah di atas langit ada langit dan Tuhan tidak duduk di singgasananya melainkan ia tengah berselimut bersama orang-orang lumpuh di gubuk-gubuk kumuh.Â
Ia tak mendengkur apalagi mengantuk sementara di atas langit mimpi-mimpi para pemabuk dunia kocar-kacir di kejar-kejar malaikat maut.
Handy Pranowo
25112021Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H