Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bulan Sabit dan Seorang Pemabuk

18 November 2021   15:49 Diperbarui: 18 November 2021   16:06 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image caption. Bulan Sabit/pixabay.com

Lalu, ujung tubuhmu yang bagai tanduk di ikat tali dan ia berusaha naik ke atas pundakmu. Seperti ia memanjat tebing-tebing sunyi di hatinya.

Di kantung celananya terselip botol minuman cap tikus sambil melayang-layang di udara, ia berucap.

"Wahai Bulan sabit engkau bagai kalung yang pantas untuk leherku. Maka sabitlah aku, sabitlah jangan kau ragu agar aku bisa terlelap menemanimu di setiap malam-malammu."

Bulan diam tak bersuara di lihatnya pemabuk itu seorang diri, wajahnya berwarna merah, matanya merah. Di hatinya penuh darah.

Dan sekali lagi terdengar ia meracau sambil tangannya meninju udara malam tanpa kesadaran. 

Lalu bulan menghilang di balik awan, pemabuk jatuh terlentang.

Handy Pranowo

18112021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun